Al-Azhar Kutuk Pelarangan Berpuasa di Cina  

Seorang perempuan muslim dari suku Uighur meninggalkan Mesjid setelah melakukan Sholat id di mesjid Nuijie di Beijing China, Kamis 02/10/08.  AFP PHOTO/Peter PARKS
Seorang perempuan muslim dari suku Uighur meninggalkan Mesjid setelah melakukan Sholat id di mesjid Nuijie di Beijing China, Kamis 02/10/08. AFP PHOTO/Peter PARKS

TEMPO.CO, Kairo - Lembaga pendidikan terkemuka di Mesir, Al-Azhar, mengutuk sikap pemerintah Cina yang melarang umat muslim Uighur di Propinsi Xinjiang menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan.

Pemerintah Cina mengeluarkan perintah pelarangan bagi pegawai negeri sipil, murid sekolah, mahasiswa, dan guru di Propinsi Xinjiang berpuasa selama bulan Ramadan yang dimulai pada Kamis, 18 Juni 2015. Dalam surat perintah itu, Cina juga memerintahkan seluruh rumah makan buka seperti biasa.

"Al-Azhar dan imam besar Ahmed Al-Tayeb mengutuk pemerintah Cina yang melarang umat Islam berpuasa dan menjalankan ibadah selama bulan Ramadan di kawasan Propinsi Xinjiang," bunyi pernyataan yang disampaikan dari Kairo, tempat Al-Azhar berada.

"Al-Azhar menolak seluruh bentuk tekanan yang ditujukan terhadap muslim Uighur di Cina karena hal tersebut bertentangan dengan hak beragama dan kebebasan seseorang," kata Al-Azhar seraya meminta komunitas internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan kelompok hak asasi manusia mengakhiri pelanggaran di Cina ini.

Umat muslim menunaikan ibadah puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari selama Ramadan, tetapi Partai Komunis Cina pemegang kekuasaan di Negeri Tirai Bambu secara resmi atheis dan selama bertahun-tahun membatasi ruang gerak umat Islam di Xinjiang. Propinsi ini dihuni mayoritas suku bangsa Uighur yang memeluk agama Islam.

Cina berdalih pelarangan tersebut terkait dengan ancaman teroris di Xinjiang. Menurutnya ajaran agama dapat menumbuhkan kekerasan di sana.

Sementara itu, menanggapi pelarangan berpuasa oleh pemerintah Cina, kelompok hak asasi manusia Uighur mengatakan, pembatasan ruang gerak umat Islam di Xinjiang telah menambah ketegangan antarsuku bangsa di sana. "Di kawasan ini kerap terjadi bentrok yang menewaskan ratusan orang dalam beberapa tahun ini."

ARAB NEWS | CHOIRUL AMINUDDIN