Ramadan, Pesantren Khataman Puluhan Kitab

Anak-anak asuh binaan Rumah Zakat membaca Al-Quran di Tugu Proklamasi, Jakarta, Rabu (19/7). Sekitar 1433 anak asuh menjalani uji hafalan dan khataman Al-Quran untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1433 H. TEMPO/Tony Hartawan
Anak-anak asuh binaan Rumah Zakat membaca Al-Quran di Tugu Proklamasi, Jakarta, Rabu (19/7). Sekitar 1433 anak asuh menjalani uji hafalan dan khataman Al-Quran untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1433 H. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jombang- Ramadan memberi kesempatan bagi hampir semua pondok pesantren untuk mengadakan khataman kitab kuning atau kitab gundul. Ada puluhan kitab yang dikhatamkan dengan bobot materi dan halaman yang sedikit hingga banyak.

Kitab itu disebut kitab kuning karena warna kertasnya yang kuning. Adapun kata "gundul" disematkan karena di kitab itu hanya ada huruf Arab tanpa harakat atau tak bertanda bunyi baca.

Di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, hampir semua pesantren menggelar khataman kitab. Misalnya Pondok Pesantren Tebuireng di Desa Cukir, Kecamatan Diwek; dan Mambaul Ma’arif di Desa Denanyar, Kecamatan Jombang.

Salah satu ustad yang juga pengurus Tebuireng, Lukman Hakim, mengatakan khataman kitab kuning dilakukan seusai salat. “Kebanyakan setelah salat ashar dan tarawih, ada juga yang seusai salat subuh,” katanya, Minggu, 21 Juni 2015.

Khataman kitab tersebut wajib diikuti semua santri baik putra dan putri yang jumlahnya sekitar 3.000 orang. “Khataman dilakukan mulai tanggal 1 sampai 17 Ramadan,” katanya. Setelah itu, para santri diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing.

Kitab-kitab tersebut dibacakan oleh para kiai dan ustad di pesantren setempat. Materi kitab beragam,  dari ketauhidan, akhlak atau budi pekerti, fikih atau tata cara ibadah, hingga tafsir hadis dan Al-Quran. “Ada sekitar 27 kitab yang dikhatamkan,” ujarnya.

Dalam khataman, para kiai dan ustad membacakan isi atau materi kitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Indonesia. Santri bertugas memaknai tiap kalimat yang dibacakan kiai dan ustad. Metode pemaknaan dalam kalimat itu menggunakan kode yang menggabungkan tata bahasa Arab dan pengucapan bahasa Jawa. Metode ini sering disebut Arab pegon.

Pesantren Mambaul Ma’arif di Denanyar, Jombang, juga menggelar khataman kitab selama Ramadan. “Di pondok kami, khataman sampai tanggal 19 Ramadan dan ditutup dengan acara peringatan Nuzulul Qur’an,” kata pengasuh Pesantren Mambaul Maarif, KH Abdussalam Sokhib. Khataman di pondok setempat juga dilakukan seusai salat lima waktu dan tarawih. 

ISHOMUDDIN