Kaki Gunung Kelud di Ngancar Lokasi Favorit Menunggu Magrib  

Petugas Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri di depan kubah lava anak Gunung Kelud, di Desa Sugihwaras, Kediri, 5 Maret 2012. Pada tahun 2007 dan 2010, Gunung Kelud melakukan aktivitasnya dengan mengeluarkan awan hitam dan menimbulkan gempa tremor. DOk.TEMPO/ Dwidjo U. Maksum
Petugas Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri di depan kubah lava anak Gunung Kelud, di Desa Sugihwaras, Kediri, 5 Maret 2012. Pada tahun 2007 dan 2010, Gunung Kelud melakukan aktivitasnya dengan mengeluarkan awan hitam dan menimbulkan gempa tremor. DOk.TEMPO/ Dwidjo U. Maksum

TEMPO.COKediri - Kawasan parkir (rest area) di kaki Gunung Kelud menjadi lokasi favorit remaja Kediri untuk berbuka puasa. "Suasana desanya asri. Jalanan menuju ke sini teduh karena melintasi hutan lindung,” kata Safitri, yang menempuh perjalanan dengan sepeda motor sejauh 45 kilometer dari rumahnya menuju kawasan itu.

Kamis, 18 Juni 2015, Safitri dan rekan-rekannya berbuka puasa hari pertama di lokasi yang terletak di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.
 
Ketika sampai, dia tidak melintasi loket masuk kawasan wisata Kelud. Menurut dia, keramaian yang ada di rest area cukup untuk melepas kejenuhan. Di tempat itu tersedia berbagai lapak yang menjual komoditas lokal, seperti nanas dan sayuran. 
 
Selain Safitri, ratusan remaja lain dari luar Desa Sugihwaras berbuka puasa di sini. “Biasanya mulai ramai pukul empat sore,” ucap Prapto, Kepala Seksi Pemerintahan Desa Sugihwaras, kepada Tempo, Jumat, 19 Juni 2015.

Tak hanya duduk-duduk, para wisatawan lokal ini juga bisa menyaksikan aksi sepeda motor balap di arena rest area. Sepeda motor yang dipakai dimodifikasi untuk menempuh medan tanah. 

Sedangkan bagi anak-anak disediakan di wahana bermain, seperti ayunan, jungkat-jungkit, dan sejumlah permainan tradisional. 

Arena permainan itu diletakkan tak jauh dari kawasan penjaja makanan yang siap menanti pembeli saat bedug tiba. Dengan menjual menu sederhana, para pedagang tak mematok harga terlalu mahal. “Tapi biasanya tak banyak pengunjung yang makan di sini. Mereka akan turun sebelum adzan,” tutur Prapto, yang berdomisili 25 meter dari rest area Gunung Kelud.

HARI TRI WASONO