Mau Coba Manisnya Bisnis Kurma Cokelat di Bulan Puasa?

Kurma
Kurma

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap memasuki bulan Ramadan, popularitas kurma di kalangan masyarakat selalu menanjak. Pemintaan pun hampir dipastikan akan selalu melonjak dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.

Maklum saja, buah palem-paleman dari Negeri Para Nabi itu seakan menjadi hidangan wajib untuk berbuka puasa. Selain diajarkan oleh Nabi, kurma juga memiliki banyak khasiat yang mampu menjaga daya tahan tubuh penikmatnya.

Namun, tak jarang juga orang yang merasa bosan jika setiap hari selama bulan puasa hanya disuguhi buah kurma. Kemudian, ide kreatif untuk mengolah kurma menjadi makanan yang beragam pun muncul.

Bisa kita jumpai berbagai macam produk kuliner yang menggunakan kurma sebagai bahannya, baik sebagai bahan baku maupun campurannya. Lihat saja, adanya sari kurma, kurma yang dilapis cokelat, hingga brownies dengan cita rasa kurma.

Karena keunikan tersebut, dan kebutuhan masyarakat untuk mengonsumsi kurma, makanan-makanan tersebut pun semakin naik daun, dan banyak diburu konsumen. Tak heran, bisnis pada bidang ini sangat menguntungkan pada Ramadan.

Salah satu pelaku usaha yang memanfaatkan peluang tersebut adalah Lona Wulandari. Pemilik Tjokelat.com tersebut telah mengolah cokelat dan kurma sejak tiga tahun yang lalu.

Perempuan berusia 30 tahun itu mengaku familiar dengan produk kurma cokelat tersebut saat diperkenalkan oleh saudaranya, kemudian dia pun mengembangkan produk tersebut dengan berbagai topping dan isian.

Modal yang dibutuhkannya juga tidak terlalu banyak, Lona hanya memerlukan tambahan peralatan untuk mengolah cokelat, sedangkan peralatan sisanya sudah dia miliki sebelumnya.

Awalnya, Tjokelat hanya menerima pesanan dari teman dan kolega saja, kemudian permintaan semakin bertambah yang datang dari referesi dan informasi mulut ke mulut. Hingga saat ini, Tjokelat mampu memproduksi maksimal 100 pak kurma cokelat.

Adapun, jenis kurma cokelat yang diproduksi Tjokelat jenisnya beragam, misalnya dengan menggunakan keju dan kacang mete untuk isian, dan menggunakan topping dari wijen, corn flakes dan potongan almond.

Harga kurma cokelat tersebut dijual secara eceran mulai dari Rp39.000 untuk produk yang menggunakan cokelat hitam dengan jenis dark stone dan tanpa topping, hingga Rp49.000 untuk produk yang menggunakan campuran berbagai cokelat hitam dengan topping yang variatif.

Sementara itu, untuk produk yang menggunakan cokelat susu, harga eceran dibanderol mulai dari Rp43.000 untuk produk tanpa topping, hingga Rp52.000 untuk produk dengan topping variatif.

Adapun, untuk para reseller yang memesan minimal 12 toples akan mendapatkan harga khusus, mulai dari Rp34.500 hingga Rp40.500 untuk cokelat hitam, dan Rp36.500 hingga Rp42.500 untuk cokelat susu.

Dari harga jual tersebut, Lona mengambil margin keuntungan sekitar15%-20%, serta memberikan selisih harga yang cukup besar bagi para reseller yang membantu memasarkan produknya.

Selama menjalani bisnisnya ini, Lona mengaku menghadapi banyak kendala, terutama terkait dengan harga bahan baku yang fluktuatif. Misalnya, harga kacang mete yang melonjak tiap mendekati Ramadan, dan harga kurma yang naik karena terimbas pelemahan rupiah.

Selain itu, produk kurma cokelat yang diproduksi Tjokelat memiliki standard kualitas yang proses pembuatannya tidak mudah, sedangkan sumber daya manusia yang mampu membuatnya sangat terbatas.

“Kapasitas produksi tidak mudah ditingkatkan, karena kami kesulitan untuk mendapatkan SDM yang mampu membuat produk dengan standard kualitas yang ditetapkan,” paparnya.

Untuk meyiasati masalah-masalah tersebut, Lona selalu berusaha untuk menyediakan bahan baku lebih awal, dengan jumlah yang besar dan membelinya langsung dari importir. Menurutnya, hal tersebut bisa membantu menekan harga pokok produksi.

Terkait dengan SDM, Tjokelat juga berencana untuk memberikan pelatihan-pelatihan, serta tengah melirik penggunaan mesin modern untuk pekerjaan yang membutuhkan ketepatan ukuran.

“Kami tengah membatasi kuantitas produksi untuk merapika standard operasional, karena pertengahan tahun ini berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi,” katanya. Selain itu, Tjokelat juga akan terus mengembangkan pasar dan menciptakan inovasi lain dari produk kurma cokelat maupun produk lain yang masih berhubungan.

Karena keunikan tersebut, dan kebutuhan masyarakat untuk mengonsumsi kurma, makanan-makanan tersebut pun semakin naik daun, dan banyak diburu konsumen. Tak heran, bisnis pada bidang ini sangat menguntungkan pada Ramadan.

“Kami juga fokus terhadap produk dengan harga dan penampilan yang menarik, rasa yang baik, dan respons yang cepat terhadap setiap pemesanan, sehingga para reseller rata-rata melakukan repeat order,” katanya.

Dia sangat optimistis bisnis yang dijalankannya memiliki prospek yang sangat cerah di masa depan. Pasalnya, sekarang masyarakat Indonesia mengonsumsi kurma tak hanya pada Ramadan, berbeda dengan 10 tahun lalu.

Hal itu didukung oleh bahan kurma yang sudah bisa didapatkan sepanjang tahun, serta semakin banyaknya produk turunan kurma juga membuat masyarakat semakin tertaik untuk mencoba dan mengonsumsinya.

“Masyarakat sudah mengenal kurma tak hanya karena berhubungan dengan tema Islam dan Timur Tengah, tetapi sebagai produk yang sehat da bermanfaat,” katanya.

BISNIS.COM