Es Palubutung, Menu Andalan Abdul Rahman Saat Berbuka Puasa

Pemain Timnas Indonesia Abdul Rahman melakukan tendangan  dalam adu pinalti laga final sepak bola SEA Games XXVI di Gelora Bung Karno, Jakarta (21/11). Tembakan Abdul Rahman ini menyumbang 1 angka bagi tim Garuda Muda. TEMPO/Subekti
Pemain Timnas Indonesia Abdul Rahman melakukan tendangan dalam adu pinalti laga final sepak bola SEA Games XXVI di Gelora Bung Karno, Jakarta (21/11). Tembakan Abdul Rahman ini menyumbang 1 angka bagi tim Garuda Muda. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO , Bandung - Homesick atau  rindu kampung halaman, itulah yang kini dialami salah satu punggawa Persib Bandung, Abdul Rahman, kala bulan suci Ramadan datang.

Bagaimana tidak, tahun ini Rahman harus menjalani ibadah puasa tanpa bisa berkumpul dengan sanak saudara yang berada di Makasar. Pemain bertahan Persib bernomor punggung 28 itu mengaku yang paling ia rindukan adalah suasana kumpul bareng keluarga.

"Saya bersama anak dan istri harus menjalani ibadah puasa di Bandung, ya, jadi cukup rindu juga sama keluarga di Makasar," ujar Rahman, Kamis, 18 Juni 2015.

Meskipun begitu, ucap Rahman, hal itu cukup terobati dengan hadirnya hidangan berbuka puasa khas Kota Makasar yang menjadi menu spesial. Apalagi kalau bukan es palubutung khas Sulawesi Selatan yang selalu setia menemani Rahman kala berbuka.

"Makanan favorit ada sih yang jualan di Bandung," katanya.  Hanya, es berbahan pisang, tepung beras, sirup merah, dan susu itu tidak seenak buatan orang tuanya di Makassar. 

Mengenai kabar persiapan pertandingan, Rahman menyatakan siap, meskipun latihan akan berlangsung saat Ramadan. Dia mengaku tidak ada tip khusus guna menjaga tubuh tetap prima. Bagi Rahman, makan bergizi dan minum secara baik dan benar saat sahur serta berbuka sudah cukup untuk menjaga staminanya.

"Lebih banyak minum dan konsumsi buah serta sayuran saja. Saat buka, makan yang manis-manis dulu. Kalau ada kurma, ya, kurma. Kalau saya biasa salat tarawih dulu, karena tidak biasa langsung makan-makanan berat," kata pemain kelahiran Makasar, 14 Mei 1988, itu.

AMINUDIN