Pasar Tiban Ramadan Jalur Gaza Target Omzet Rp 2 Miliar  

Editor

Raihul Fadjri

Pekerja membungkus cendol (dawet) di industri rumahan pembuatan cendol di kawasan Kota Lama, Malang, Jawa Timur, 30 Juni 2014. Selama Ramadan permintaan cendol yang dijual dengan harga 1000 rupiah per bungkus tersebut meningkat. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Pekerja membungkus cendol (dawet) di industri rumahan pembuatan cendol di kawasan Kota Lama, Malang, Jawa Timur, 30 Juni 2014. Selama Ramadan permintaan cendol yang dijual dengan harga 1000 rupiah per bungkus tersebut meningkat. TEMPO/Aris Novia Hidayat

TEMPO.CO, Yogyakarta - Takmir Masjid Mutohirin kampung Nitikan Kota Yogyakarta awal ramadhan ini kembali menggelar pasar tiban Jajanan Lauk, Sayur, Gubug Ashar Zerba Ada atau lebih dikenal masyarakat sebagai pusat jajanan Jalur Gaza.

Pasar ini menyediakan berbagai takjil dan menu berbuka puasa ytang memanjang di sepanjang tepi jalan Sorogenen-Nitikan Yogyakarta.
Pasar tiban yang sudah digelar tujuh periode ini mengusung konsep baru untuk Ramadan kali ini, selain menghadirkan stand yang lebih banyak dan beragam.

“Ramadhan ini kami sediakan blusukan kampung Nitikan bagi wisatawan, agar tak sekedar jajan terus pulang,” ujar Ketua Panitia Pasar Jalur Gaza Iwan Setiawan saat pembukaan pasar tiban ini Kamis sore 18 Juni 2015.

Blusukan kampung Nitikan ini meliputi ziarah ke dua obyek wisata religius dan ziarah. Yakni masjid Sultonain, masjid legendaris milik Keraton Surakarta dan Yogyakarta, serta makam tokoh bersejarah yang berusia hampir 200 tahun. Makam itu dipercaya sebagai makan Raden Ronggo, putra dari Panembahan Senopati pendiri Kerajaan Mataram. Di komplek itu terdapat pula makam Kyai Haji Ibrahim dan Kyai Haji Abu Bakar yang merupakan ayah dan kakek tokoh pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan.

Ada dua paket blusukan sekaligus berziarah ke dua obyek wisata di kampong Nitikan ini, yakni jalan kaki dengan tarif Rp 10 ribu dan naik delman dengan tarif Rp 20 ribu sekali jalan.

Iwan menuturkan, momen ramadhan ini Jalur Gaza menyediakan stand lebih banyak di banding tahun lalu.Yakni 200 stand atau tambah sekitar 50 stand. “Tahun kemarin omset perbulan Rp1 miliar, untuk sekarang kami target Rp 2 miliar tercapai dengan lebih banyak stand,” ujar Iwan.

Jalur Gaza ini tak berubah visinya.Yakni menjadi pendorong ekonomi masyarakat usaha mikro kecil menengah di Kota Yogya , yang tersebar di 14 kecamatan. “Karena untuk pedagang saat puasa biasanya mereka tak memperoleh penghasilan, maka kami gelar pasar ini sebagai gantinya,” ujar Iwan.

Muji Rahayu, 49 tahun, pedagang jajanan pasar di Jalur Gaza asal Kampung Prawirodirjan mengakui saat Ramadan di Jalur Gaza, omsetnya selalu lebih besar dibanding berjualan harian. “Sehari yang hanya berjualan dua jam bisa Rp 500 ribu, kalau hari biasa paling Rp 100 ribu dengan cara di titip-titipkan,” ujarnya.

Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti yang membuka peresmian pasar itu mengatakan, Jalur Gaza dengan konsistensinya tetap digelar selama tujuh periode telah menjadi ikon pasar tiban saat Ramadan di Yogyakarta. “Ini penggerak perekonomian usaha kecil yang sangat signifikan saat ramadhan,” ujarnya.

Secara berkala takmir masjid pun juga menyisipkan berbagai acara guna meramaikan Jalur Gaza. Misalnya menggelar lomba lukis, menyanyi bagi anak-anak, sampai menggelar dialog ramadhan. Untuk Ramadan kali ini tokoh yang diundang dialog mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqodas yang dijadwalkan datang pada 4 Juli 2015.

PRIBADI WICAKSONO

IKUTI: TEMPO HADIAH RAMADAN 2015