Kata Menteri Agama Soal Sahur on the Road: Boleh, tapi...  

Editor

Anton Septian

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, bersama Ketum MUI, Din Syamsuddin (kanan), dan Wakil ketua MUI Ma'ruf Amin (kiri), dalam konferensi di Gedung Kementerian Agama, Jakarta, 16 Juni 2015. Pemerintah melalui sidang Isbat menetapkan awal puasa Ramadhan 1436 Hijriyah pada hari Kamis 18 Juni. TEMPO/Imam Sukamto
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, bersama Ketum MUI, Din Syamsuddin (kanan), dan Wakil ketua MUI Ma'ruf Amin (kiri), dalam konferensi di Gedung Kementerian Agama, Jakarta, 16 Juni 2015. Pemerintah melalui sidang Isbat menetapkan awal puasa Ramadhan 1436 Hijriyah pada hari Kamis 18 Juni. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.COJakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin angkat bicara tentang maraknya konvoi yang disertai bagi-bagi makanan sahur atau lebih dikenal dengan sahur on the road. Menurut dia, hal itu sah saja dilakukan asalkan tak mengganggu ketertiban. ‎

Sahur on the road, kata dia, pada dasarnya baik karena bertujuan menyantuni kalangan kurang mampu. ‎Namun, jika konvoi mengganggu ketertiban dan menyebabkan kemacetan, hal itu justru akan mengurangi nilai kesucian puasa. 

"Selain harus tertib, kualitas makanan ‎juga mesti diperhatikan, jangan sampai basi," kata Lukman setelah bertemu Jusuf Kalla di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu, 17 Juni 2015. 

Namun, menurut Lukman, Kementerian sebatas mengimbau. Jika ada pelanggaran, pihaknya menyerahkan kepada penegak hukum. Selain mengimbau agar masyarakat menjaga ketertiban saat membagikan makanan sahur, Lukman juga meminta agar tradisi membangunkan sahur tetap menjaga kesopanan. 

Dia mengatakan tradisi membangunkan sahur harus disesuaikan dengan kondisi dan budaya setempat. Dia mencontohkan, di pedesaan, membangunkan sahur dengan kentungan memang sesuatu yang relevan. "Kalau di kota yang padat penduduk, harus dipertimbangkan lagi," ujarnya. 

Kewenangan Kementerian, kata Lukman, sebatas mengimbau. ‎Masyarakat diminta untuk membangun kesadaran masing-masing. "Intinya agar kita sama-sama membangun toleransi."

FAIZ NASHRILLAH