Puasa di Bandung, Tim Rompi Merah Bakal Cari Pengemis  

Petugas Satuan Polisi Pamong Praja mengamankan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) saat razia di kawasan terminal Blok M, Jakarta, (5/7). Dari operasi jelang Ramadhan ini, 15 orang yang terdiri dari pengamen dan pengemis diamankan. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Petugas Satuan Polisi Pamong Praja mengamankan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) saat razia di kawasan terminal Blok M, Jakarta, (5/7). Dari operasi jelang Ramadhan ini, 15 orang yang terdiri dari pengamen dan pengemis diamankan. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Bandung - Kepala Dinas Sosial Kota Bandung Dodi Ridwansyah mengatakan dinasnya sudah membentuk tim untuk mencegah eksodus gelandangan dan pengemis di Kota Bandung. Menurut dia, para pengemis dan gelandangan dari luar daerah kerap mendatangi Bandung untuk mencari nafkah selama bulan puasa.

"Pemkot Bandung sudah menyiapkan 90 pasukan gabungan yang kami tempatkan di 15 titik di Kota Bandung," kata dia, saat ditemui wartawan di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Bandung, Selasa, 16 Juni 2015. Pasukan itu pun diberi julukan 'Tim Rompi Merah', karena pakaiannya yang berwarna merah.

Titik-titik yang akan diawasi pemerintah kota merupakan lokasi keramaian yang kerap menjadi tempat pengemis mangkal. Di antaranya pintu tol Pasir Koja, pintu tol Pasteur, simpang Jalan Buah Batu, Stadion Persib, dan sekitar Terminal Leuwipanjang.

Setiap lokasi diturunkan dengan jumlah tim yang berbeda. Dodi membaginya berdasarkan tingkat kerawanan pengemis dan gelandangan. "Semakin banyak pengemis dan gelandangan di satu tempat, maka semakin banyak pasukan yang kami turunkan," kata dia.

Selain dari Satuan Polisi Pamong Praja, tim ini diisi oleh kepolisian, dan anggota Komando Daerah Militer III Siliwangi. Pemerintah Kota Bandung menganggarkan Rp 1,8 miliar untuk memperkerjakan tim ini selama 11 bulan ke depan.

Dodi mengaku kelimpungan dalam mengurusi persoalan pengemis, anak jalanan, dan gelandangan. "Setiap tahun kami kesulitan untuk menindak mereka. Yang tersulit itu menindak pengamen jalanan, anak jalanan, dan anak punk," kata dia. Ia menduga mereka dikoordinir oleh sejumlah oknum untuk terus berdatangan ke Kota Bandung.

Ia mengimbau agar warga Bandung tak memberi uang pada pengemis, gelandangan, dan anak jalanan. Jika hendak menyumbang, kata dia, warga dapat menyalurkannya ke lembaga-lembaga yang fokus pada permasalahan anak jalanan.

PERSIANA GALIH