VIDEO: Jelang Ramadan, Begini Pengikut Kiai Bonokeling Nyadran

Pengikut adat Ki Bonokeling di Banyumas adakan ritual nyadran. TEMPO/Aris Andrianto
Pengikut adat Ki Bonokeling di Banyumas adakan ritual nyadran. TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Banyumas - Mereka datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah pada Jumat terakhir menjelang bulan suci Ramadan. Mereka berjalan berpuluh-puluh kilometer tanpa alas kaki sebagai pertanda keprihatianan dengan membawa sesajen. Dan, selama dalam perjalanan, mereka tidak berbicara satu dengan yang lain alias melakukan tapa bisu. Ribuan orang ini adalah pengikut adat Bonokeling asal Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah.

Mengenakan pakaian adat Jawa, mereka melakukan ritual tahunan bernama unggahan, yang berarti menyadran atau berziarah, ke kompleks makam Kiai Bonokeling, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Desa Pekuncen.

Sebelumnya, mereka menggelar laku perjanjen atau berzikir semalaman dengan menggunakan bahasa Jawa. Pada pagi harinya pengikut adat ini menuju makam Kiai Bonokeling untuk berdoa dan memanjatkan permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Kiai Bonokeling sendiri adalah tokoh masyarakat setempat yang identitasnya hingga kini masih dirahasiakan.

Sejauh tiga puluh kilometer pengikut adat nenek moyang itu berjalan kaki dengan memikul sajen untuk tiba di kompleks makam Kiai Bonokeling. Baik lelaki maupun perempuan, semuanya mengenakan pakaian adat Jawa. Para perempuan mengenakan kemben.

Begitu sampai di makam Bonokeling, mereka pun berdoa. Tidak sembarang orang boleh masuk ke kompleks makam tersebut. Hanya yang mengenakan ikat kepala dengan baju berwarna hitam yang diperbolehkan masuk.

ARIS ANDRIANTO

VIDEO LAIN YANG MENARIK:

Ditusuk Saat Berduel, Siswa SMP di Serang Tewas