Bubur Sup Masjid Raya Medan Ini Hanya Ada Pas Ramadan

Editor

Kurniawan

Sejumlah pengurus masjid mengayuh wadah berisi bubur sup yang akan diberikan kepada warga untuk berbuka puasa, di Masjid Raya Al Mashun Medan. Setiap hari, bubur ini dibagikan secara gratis sejak berpuluh-puluh tahun. ANTARA/Irsan Mulyadi
Sejumlah pengurus masjid mengayuh wadah berisi bubur sup yang akan diberikan kepada warga untuk berbuka puasa, di Masjid Raya Al Mashun Medan. Setiap hari, bubur ini dibagikan secara gratis sejak berpuluh-puluh tahun. ANTARA/Irsan Mulyadi

TEMPO.CO, Medan - Setiap kali Ramadan, ciri khas Masjid Raya Al-Mashur di Medan selalu dinanti, yakni sajian bubur sup yang dibuat setahun sekali dan dibagikan secara gratis. Tradisi ini telah dimulai sejak berdirinya Masjid Raya Al-Mashur pada 1909.

Awalnya bubur ini disajikan Kerajaan Melayu, Kesultanan Maimun, untuk para musafir dan pendatang yang singgah untuk berbuka puasa.

Haji Ridwan, Pelaksana Harian Kemakmuran Masjid Raya Medan, beberapa waktu lalu mengatakan pada saat itu bubur dipilih sebagai santapan berbuka yang dibagikan gratis karena ongkos pembuatannya lebih murah daripada makanan khas Melayu lain. Untuk membuat sajian itu selama sebulan, Masjid Raya mengeluarkan dana hingga Rp 60 juta. "Dananya dikumpulkan Kesultanan dari para donatur," katanya.

Setiap hari bubur ini disajikan dalam 1.000 piring kepada jemaah yang hendak berbuka puasa di halaman masjid itu. Bagi warga yang hendak berbuka puasa di rumah dengan bubur sup, penyelenggara memperbolehkan mereka membawa wadah, tapi mereka harus antre lebih awal, yakni sejak asar.

Pembuatan bubur itu dimulai pada pukul 10.00 WIB setiap hari, dari meracik bumbu sampai memotong kentang dan daging sebagai bahan utama sup. Selain itu, masih diperlukan 25 kilogram beras, 8 kg daging, 10 kg kentang, wortel, serta bumbu-bumbu dan rempah, seperti kayu manis. Setelah salat zuhur, bahan-bahan itu dimasak di atas tungku perapian dari kayu bakar. Perlengkapannya berupa dua belanga sebesar pelukan tangan lelaki.

Bubur ditaburi ayang, sejenis sayuran yang terbuat dari tauge dan daun pakis. Selain menyediakan bubur, penyelenggara menaruh teh hangat sebagai minuman pembuka. Mulai pukul 17.30 WIB, orang mulai berdatangan dan langsung duduk di depan sajian bubur. Ada yang datang dari sekitar Medan, seperti Binjai dan Lubuk Pakam. Meski di sebelah Masjid Raya ada pusat jajanan makanan Ramadan, mereka selalu menyempatkan diri mencicipi bubur di masjid ini.

Siti Komarian, warga Binjai, mengaku hampir setiap tahun menyempatkan diri menikmati bubur sup. "Sepertinya kurang klop berbuka puasa tanpa merasakan bubur Masjid Raya," ucapnya.

HAMBALI BATUBARA | KORAN TEMPO