Mengapa Berbuka Tidak Boleh Minum Air Putih Banyak-banyak?

Editor

Kurniawan

air putih
air putih

TEMPO.CO, Jakarta - "Air putih memang paling baik untuk berbuka," kata dokter spesialis gizi Sri Sukmaniah pada awal Juni lalu. Tidak peduli air minum dalam kemasan atau air rebusan dari ledeng, menurut dia, semuanya bagus untuk membasahi kerongkongan. Kita tidak perlu pusing soal hangat atau dingin. Sebab tubuh secara otomatis akan menyesuaikan cairan yang masuk ke dalamnya.

Namun, dia menambahkan, temperatur yang terbaik adalah yang sesuai dengan suhu tubuh manusia, yaitu sekitar 37 derajat Celsius.

Ani menjelaskan, dengan keadaan perut kosong, misalnya saat berbuka puasa, kita tidak boleh langsung banyak-banyak meminum air patuh. Harus ada perpaduan antara air dan makanan yang manis. "Yang cocok, ya, kurma, itu bagus," kata pengajar di Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Resep yang dia berikan yakni minum air putih seteguk, lalu menghabiskan satu butir kurma. Berikutnya, minum seteguk lagi dan makan kurma lagi. Begitu seterusnya sampai air habis segelas dan kurma tiga butir. Dengan cara itu, Ani yakin hidrasi tubuh meningkat seiring dengan pemenuhan kadar gula secara seimbang.

Makan besar, dia melanjutkan, sebaiknya seusai salat magrib, bukan waktu berbuka. Waktu menyantap sajian utama, saatnya menenggak air putih gelas kedua. Minum bisa dilakukan di sela-sela makan, bisa juga sebagai penutup hidangan. Tapi ada keuntungan tambahan bagi orang yang mengkonsumsi air putih sembari makan, yaitu menekan nafsu makan. Sebab gelontoran air ke lambung membuat tubuh lebih cepat merasa kenyang. "Berguna buat mereka yang ingin menjaga berat badan," kata Ani.

Menurut Ani, akan muncul periode penyesuaian tubuh, biasanya pada tiga hari pertama bulan puasa. Gejala yang timbul yakni kerap merasa loyo dan mengantuk. "Tapi jangan ikuti kehendak tubuh. Kita harus terus beraktivitas," ujarnya.

Sebab kalau tubuh dibiarkan sonder kegiatan, cadangan energi berupa glukosa tidak akan dikeluarkan. Ujung-ujungnya, Ani melanjutkan, kadar gula di dalam darah tidak tersalurkan. Hal itu akan semakin berbahaya jika kita mengkonsumsi seabrek makanan dan minuman manis, yang biasa tersaji saat berbuka. "Maka, selama puasa, beraktivitaslah secara normal, penuhi kebutuhan air tubuh, dan makan secukupnya," kata Ani.

DIANING SARI