Andalas dan Puspa Ragam Itang Yunasz untuk Lebaran  

Peragawati membawakan koleksi terbaru Itang Yunasz dalam peragaan busana di Pusat Grosir Blok B Tanah Abang, Jakarta, 30 April 2015. Koleksi terbarunya tersebut mengangkat kekayaan ragam songket dari Aceh hingga Palembang. TEMPO/Frannoto
Peragawati membawakan koleksi terbaru Itang Yunasz dalam peragaan busana di Pusat Grosir Blok B Tanah Abang, Jakarta, 30 April 2015. Koleksi terbarunya tersebut mengangkat kekayaan ragam songket dari Aceh hingga Palembang. TEMPO/Frannoto

TEMPO.COJakarta - Itang Yunasz tercatat sebagai salah satu perancang Indonesia yang aktif dan rutin menggelar peragaan busana untuk sambut Ramadan dan Idul Fitri. Perancang senior tersebut menyambut bulan suci tahun ini dengan peragaan busana bertema "Puspa Ragam Andalas" yang berlangsung akhir April lalu di Blok B, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Perancang yang pernah sukses sebagai penyanyi pada era 80-an itu memamerkan koleksi terbarunya untuk Ramadan dan Lebaran tahun ini. Itang memilih Andalas, yang terletak di Sumatera, sebagai tema karena merepresentasikan suasana gemerlap yang tengah menjadi tren dunia saat ini.

“Saya selalu menyaksikan sesuatu yang gemerlap berada di Sumatera. Bagi saya, Kalimantan dan Sulawesi itu lebih ke earth tone. Dan saya sangat meyakini tren dunia sekarang menuju kegemerlapan,” kata Itang.

Terdapat 75 koleksi busana muslim untuk kaum Hawa dengan merek Kamila dan 50 busana pria dengan merek Preview. Kegemerlapan Sumatera melalui Kota Aceh, Palembang, dan Padang juga menginspirasi Itang.

Penyanyi yang pernah sukses menyanyikan lagu Heidy dan Klak Klik Kluk ini mengakui tiga kota besar tersebut memiliki benang merah terpenting bagi Bumi Sumatera. "Ketiga kota besar ini bernuansa religi, islami. Maka bisa disesuaikan dengan mengombinasikan busana untuk Hari Raya Idul Fitri.

Maka Itang juga menyajikan kombinasi beragam motif dalam satu baju, misalnya motif warna-warni songket Palembang dengan Aceh.

Pada label busana muslim pria, Preview, Itang juga memberikan sentuhan bordir pada bagian depan baju koko. "Bordir itu kekayaan seni tekstil Bumi Sumatera," ujarnya.

Pada koleksinya kali ini, pria 56 tahun itu menyajikan aneka motif dan menggunakan dua teknik, yakni digital printing dan tenun rotary. "Saya ingin menyajikan kedua teknik ini untuk menimbulkan kesan dan hasil yang berbeda pada setiap motif," tuturnya.

Itang mengatakan rancangannya kali ini bisa dikenakan tak hanya untuk wanita muslim, tapi juga bagi mereka yang nonmuslim dan suka memakai busana panjang. "Yang utama adalah masyarakat sekarang banyak yang sering menghadiri acara pesta atau jamuan makan malam dengan busana panjang. Dan rasanya ada banyak masyarakat nonmuslim memilih rancangan saya," ucap Itang.

Harga untuk koleksi Ramadan dan Lebaran kali ini dibanderol mulai Rp 100 ribu ke atas. "Saya ingin masyarakat bersukacita sambut Ramadan dan Lebaran tahun ini," ujarnya.

HADRIANI P.