Ustadz: Orang Puasa, Ibarat Emas dan Tape

Ilustrasi ibadah puasa. ANTARA/Fanny Octavianus
Ilustrasi ibadah puasa. ANTARA/Fanny Octavianus

TEMPO.CO , Bekasi -- Ustadz Fatahillah mengibaratkan orang yang berpuasa dan tidak berpuasa seperti seorang ibu rumah tangga memperlakukan perhiasan emas dan tape.

"Dari melihat perbedaan perlakuan itu, seseorang bisa menakar apakah ibadah puasanya mampu memuliakannya atau tidak," kata Ustadz Fatahillah saat menyampaikan kuliah tujuh menit (Kultum) seusai solat Dzuhur di masjid Al Amir, Kantor Pemerintah Kota Bekasi, Senin 14 Juli 2014.

Menurut Ustadz Fatahillah, seseorang yang menjalankan ibadah puasa dengan ikhlas dan semata-mata mengharap ridho Allah SWT maka kedudukannya lebih baik ketimbang orang yang tidak berpuasa atau berpuasa tetapi hanya sekadar menahan lapar dan haus. "Baik di mata Allah maupun sesama manusia," ujarnya.

Ustadz Fatahillah memberikan perumpamaan begini, seorang ibu rumah tangga ketika membeli perhiasan emas beberapa gram ketika berada di depan etalase emas, Ibu tersebut dengan mata berbinar jari telunjuknya menunjuk salah satu perhiasan yang diinginkan.

Ia lalu bertanya, berapa harga emas yang ia inginkan. Pemilik toko menjawab, "Rp 1,6 juta". Tanpa berpikir panjang, Ibu tersebut membuka tas lalu mengeluarkan uang dari dalam dompetnya tanpa banyak menawar.

Emas yang sudah menjadi miliknya kemudian dimasukkan ke dalam plastik transparan, lalu disimpan dalam kotak kecil. Sang Ibu bergegas pulang membuka pagar rumahnya, membuka kunci pintu rumah, membuka kunci pintu kamar, membuka lemari, laci, dan kotak emas. Di dalam kotak tersebut, masih ada kotak yang ukurannya lebih kecil dan di situlah ia menyimpan emasnya.

Setelah menyimpan emas, Ibu tersebut menutup rapat-rapat kotak emas, mengunci laci di dalam lemari, mengunci pintu lemari, dan mengunci pintu kamarnya. "Betapa berharganya emas tersebut di depan seorang Ibu. Seperti itulah kedudukan orang berpuasa," terang Ustadz Fatahillah.

Beda perlakuan seorang Ibu rumah tangga ketika membeli tape dalam ukuran satu kilogram. Sebelum menawar, si penjual tape sudah terlebih dahulu membuka penutup gerobaknya. Jari telunjuk sang Ibu dengan cekatan memencet-mencet tape satu persatu. Sampai 10 tape ia pencet dan semuanya lembek. (Baca juga: Tiap Ramadan, Pohon Kurma di Masjid Ini Berbuah )

Lalu Ibu tersebut mengatakan tak jadi dengan alasan tape tersebut penyek. Karena kepandaian si penjual, akhirnya Ibu tersebut bertanya harga per kilogramnya. Si penjual menyebut angka, "Rp 12 ribu per kilo". Rupanya harga itu terlalu mahal bagi seorang ibu, lalu menawar Rp 4 ribu per kilogram. Singkat kata, disepakatilah harga tengah, Rp 8 ribu per kilogram.

Tape satu kilogram yang baru saja dibeli kemudian dibungkus kertas koran bukan terbitan hari itu namun koran terbitan empat tahun silam, kemudian diikat karet juga bukan karet yang baru dibeli tetapi bekas ikat rambut. Setelah diperoleh, tape itu kemudian di bawah masuk rumah dan diletakkan begitu saja di atas meja dapur.

"Begitulah perumpamaan kedudukan orang yang tidak berpuasa," ujar Ustadz Fatahillah. Dari perbedaan kedudukan inilah, kata Ustadz Fatahillah, seseorang bisa memahami kenapa doanya tidak pernah dikabulkan oleh Allah SWT. "Mungkin karena tidak berpuasa atau puasa tetapi tidak ikhlas," ujarnya. (Baca juga:Cara Praktis Bikin Cocktail Buah untuk Buka Puasa)

HAMLUDDIN