Waspada, Takjil Warna-warni Ngejreng

Petugas pengawasan obat dan makanan Badan POM  dengan mobil laboratorium memeriksa jajanan takjil untuk menu buka puasa di tempat penjualan makanan di Jalan Mappanyuki, Makassar (17/8). Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya. TEMPO/Fahmi Ali
Petugas pengawasan obat dan makanan Badan POM dengan mobil laboratorium memeriksa jajanan takjil untuk menu buka puasa di tempat penjualan makanan di Jalan Mappanyuki, Makassar (17/8). Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya. TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO.COJakarta - Selama bulan Ramadan, menu yang paling disukai dan ditunggu saat berbuka puasa adalah takjil. Makanan berbuka puasa ini umumnya didominasi penganan manis seperti kolak, aneka es, bubur kacang hijau, bubur ketan hitam dan sebagainya.

Menurut Rudy Choiruddin, makanan takjil memang jadi sesuatu yang sangat ditunggu saat Ramadan. Demi menggugah selera, tidak sedikit warung atau tempat makan yang menyajikan takjil dengan warna-warni supaya menarik perhatian.

"Yang perlu diingat jangan sekedar cantik, tapi kita mengabaikan kualitas menu takjilnya. Karena warna yang ngejreng, lalu orang lupa apakah takjil tersebut berbahaya atau tidak," kata Rudy pada Tempo, Selasa, 1 Juli 2014.

Oleh karena itu, koki dan pakar makanan ini mengingatkan supaya masyarakat hati-hati dan waspada. "Sebaiknya harus bisa menakar dengan baik apakah menu takjil atau santapan berbuka puasa tersebut warnanya mencolok atau tidak. Apakah aman atau tidak karena khawatirnya pembuatannya memakai bahan pengawet dan pewarna yang berbahaya bagi kesehatan," kata Rudy.

Senada dengan Rudy, ahli gizi Ernita Saleh mengingatkan agar masyarakat tidak mudah tergoda dengan takjil warna-warni yang ternyata mengandung pengawet dan pewarna.

"Jangan asal pilih makanan yang berwarna ngejreng karena pasti mengandung zat pewarna buatan yang membahayakan kesehatan. Bahaya lain adalah banyak takjil yang mengandung formalin, borax yang bisa dipakai pada makanan seperti lontong, ketupat, bakso dan otak-otak," kata Ernita. (Baca:2013, BPOM Temukan 297 Takjil Beracun)

Wanita berjilbab ini mengingatkan bahaya pengawet makanan yang sering dipakai atau digunakan pada makanan, terutama takjil, untuk mencegah atau menghambat menjadi rusak atau busuknya makanan serta memberikan kesan segar.

"Tujuan penggunaan bahan pengawet makanan adalah memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan makanan atau bahan makanan. Makanan tidak tengik karena perubahan kimiawi makanan terhambat," kata dia. (Baca:Lima Jenis Makanan Ini Mengandung Formalin dan Borak)

Ernita menjelaskan bahaya penggunaan formalin untuk mengawetkan tahu, mi, dan sebagainya dapat membahayakan paru-paru, gangguan pada jantung, gangguan pada alat pencernaan, gangguan ginjal dan penyebab kanker. "Sebaiknya karena bulan suci bulan penuh berkah, untuk bersantap takjil pun mesti hati-hati tidak boleh gampang tergoda melihat warna dan penampilan yang ngejreng, tapi berisiko membahayakan kesehatan." (Baca:Buah Impor di Indramayu Mengandung Formalin)

HADRIANI P

Berita Terpopuler:
Hari Buah Internasional, Ganti Camilan dengan Buah
Sinabung Meletus, Dompet Dhuafa Kirim Tim Evakuasi
Bergadang Bikin Otak Menyusut
Arahan Konsultan Fashion untuk Bisnis Mode Global