Takbiran di Yogya Diwarnai Pawai 'Gendruwo' Koruptor  

Sejumlah anak membawa obor dalam pawai malam Takbiran di Masjid Al Muhajirin, Kepaon, Denpasar, Bali (7/8). Pawai untuk menyambut Idul Fitri 1434 H itu diiringi dengan gamelan
Sejumlah anak membawa obor dalam pawai malam Takbiran di Masjid Al Muhajirin, Kepaon, Denpasar, Bali (7/8). Pawai untuk menyambut Idul Fitri 1434 H itu diiringi dengan gamelan "Blaganjur" yaitu gamelan khas Bali untuk menjalin kerukunan umat Islam-Hindu. ANTARA/Nyoman Budhiana

TEMPO.CO, YOGYA - Perayaan malam takbiran di Yogyakarta turut dimeriahkan dengan sejumlah aksi unik sejumlah warga di sekitaran Masjid Gedhe Kauman, Rabu malam 7 Agustus 2013.

Misalnya saja yang dilakukan para pemuda dari Paguyuban Taat, Kampung Prawirodirjan Yogyakarta. Saat warga yang lain kebanyakan membuat replika lampion berbentuk masjid atau simbol Islam lainnya, para pemuda itu justru membuat replika mahluk genderuwo menyeramkan.

Sosok genderuwo dengan tinggi sekitar 4 meter itu menjadi perumpamaan yang diberikan para pemuda untuk menggambarkan seorang koruptor. Seluruh badannya kasar, gelap, dan berbulu.

Sedang dua cakarnya siap menerkam. Rambut genderuwo itu gimbal dengan mata merah melotot dan badannya hanya memakai sarung. Genderuwo itu dibuat dengan bahan campuran kertas semen sebagai pelapis dn bambu sebagai kerangka. Para pemuda itu patungan sekitar Rp 700 ribu untuk membuatnya. Butuh sekitar 15 orang untuk mengarak replika genderuwo itu berkeliling di sekitar Benteng Keraton Yogyakarta.

Koordinator Paguyuban Taat, Dedi Setiawan menuturkan sengaja membut replika genderuwo itu untuk bersama mengingatkan lagi pada warga soal bahaya laten korupsi yang menjadi di Indonesia.
"Korupsi tidak bisa lagi ditangani dengan hukum biasa. Hukumannya mesti lebih berat, seperti rajam atau lainnya yang membuat orang takut," kata Dedi kepada Tempo.

Bagi para pemuda itu, koruptor di Indonesia makin lama seperti mahluk halus yang susah susah gampang terlacak. Hal ini menurutnya karena penegakan hukum masih belum bisa diandalkan bersam. Masih bisa dibeli dan pejabatnya gampang disuap.
"Jadi masyarakat seperti hanya saling menunggu giliran kena dampaknya saja karena korupsinya makin merata, bukan kesejahteraannya," urainya.

 Para pemuda pun menyesalkan dengan adanya berbagai keringanan hukuman bagi koruptor itu yang diberikan pemerintah. Remisi bagi para koruptor itu dinilai sebagai kemunduran perjuanngan pemberantasan korupsi dan malah membuat para koruptor merasa menang. "Khawatirnya semangat korupsi itu makin menular," imbuhnya.

Replika patung genderuwo koruptor ini pun menjadi perhtian warga yang menyemut di sekitaran Alun Alun Utara dan Masjid Gedhe Kauman itu. Para warga juga wisatawan asing berebut berfoto dengn latar genderuwo itu.

Misalnya saja Christy, backpacker asal Rumania yang menyempatkan diri dengan istrinya melihat suasana takbiran itu.
"Ini sesuatu yang luar biasa dan pengalaman pertama bagi kami melihat perayaan idul fitri yang meriah di Indonesia," kata dia.

PRIBADI WICAKSONO.