Lima Tradisi Unik Menyambut Lebaran di Indonesia

Editor

Elik Susanto

Sejumlah anak memukul beduk saat memeriahkan malam takbiran di kawasan Tanah Abang, Jakarta, (9/9). Setiap tahunnya  warga Tanah Abang rutin memeriahkan malam takbiran dengan panggung kreatifitas di setiap gang untuk menyambut hari raya Idul Fitri.TEMPO/Yosep Arkian
Sejumlah anak memukul beduk saat memeriahkan malam takbiran di kawasan Tanah Abang, Jakarta, (9/9). Setiap tahunnya warga Tanah Abang rutin memeriahkan malam takbiran dengan panggung kreatifitas di setiap gang untuk menyambut hari raya Idul Fitri.TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim, memiliki banyak tradisi unik saat Lebaran. Hampir setiap daerah mempunyai cara menyambut datangnya Idul Fitri. Berikut beberapa tradisi Lebaran sebagai rasa syukur kepada Tuhan.

Tradisi di Aceh
 Negeri Serambi Mekah itu mempunya kebiasaan menjelang Lebarang dengan nama Meugang. Tradisi itu berupa memasak daging yang kemudian dibagikan kepada kaum dhuafa serta dimakan bersama-sema keluarga.  Meugang juga bisa dilakukan secara berkelompok dengan menyembelih sapi atau kambing.

Biasanya, dalam suatu perkampungan, semua warga berkumpul di masjid untuk  memasak,dan memakannya bersama. Tradisi itu dilakukan di masjid-masjid di kota kecil maupun kota besar. Selain Lebaran, Meugang juga diadakan pada Ramadan dan Idul Adha atau hari raya kurban.

Tradisi di Pontianak
Menyambut Lebaran, warga Pontianak mengadakan festival meriam karbit. Ini dilakukan  saat malam takbiran.  Ratusan meriam yang disediakan untuk disulut bersama di Sungai kapuas. Di antara meriam karbit itu terbuat dari bambu berbagai ukuran.

Festival meriam karbit digelar untuk mengenang pendiri Kota Pontianak, Sultan Syarif Abdurahman Alkadri, yang punya kebiasaan mengusir kultilanak dengan meriam. Sekarang, Pemerintah Kota Pontianak mengemas festival itu dari Pelabuhan Sangie Pontianak menuju kawasan pinggiran Gang Garuda di Jalan Imam Bonjol, lokasi diadakannya penyulutan meriam.

Tradisi di Bengkulu
Api dipercaya menghubungkan manusia dengan leluhur. Inilah yang dipercaya warga Bengkulu, hingga melahirkan tradisi Ronjok Sayak atau Bakar Gunung Api. Konon, Ronjok Sayak sudah dilakukan Suku Serawai sejak ratusan tahun lalu.
Tradisi itu dilakukan pada malam takbiran di depan rumah setiap warga. Ronjok Sayak menggunakan media batok kelapa yang disusun seperti tusuk sate hingga menjulang. Pembakaran batok itu dilakukan warga kampung secara serentak, usai melaksanakan salat isya.

Tradisi di Maluku Tengah
Setiap hari ketujuh Lebaran, warga Desa Morella dan Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, selalu berkumpul di halaman Masjid Besar. Mereka hendak menyaksikan tradisi Pukul Sapu, yang dilakukan perwakilan kelompok pria dari masing-masing desa. Meski dilakukan bersama, tradisi itu memiliki makna berbeda di antara kedua warga desa itu.

Pada acara itu, setiap regu yang beranggotakan sejumlah pria saling menyabetkan lidi enau ke bagian badan lawannya. Sabetan lidi itu mampu membuat kulit sobek hingga berdarah. Atraksi sabet lidi itu berlangsung sekitar 30 menit. Warga di kedua desa memiliki cara berbeda untuk menyembuhkan luka. Di Morella, luka disembuhkan dengan getah jarak. Sementara di Mamala, luka disembuhkan dengan minyak tasala atau minyak kelapa yang dimasak dan dicampur dengan pala dan cengkeh.

Tradisi di Riau
Lebaran yang identik dengan mudik, dipandang warga Riau sebagai sebuah momen khusus yang layak mendapat sambutan. Itulah alasan lahirnya tradisi Batobo.
Bagi warga Kampar, Riau, tradisi Batobo dilestarikan hingga sekarang. Bila ada rombongan pemudik yang datang, maka akan ada upacara penyambutan dan diarak menggunakan rebana melalui pematang sawah menuju tempat berbuka puasa bersama.

Pada tradisi inilah biasanya menjadi momen saling melepas rindu antara pemudik dengan keluarga di kampung halaman, sekaligus untuk mempererat silaturahmi.
Pada malam hari usai Batobo, acara masih dilanjutkan dengan pengajian dan lomba membaca Alquran. Hadiah pada lomba itu bervariasi, tergantung sumbangan dari para pemudik yang datang. Bila jumlahnya besar, hadiah lomba baca Alquran itu bisa berupa seekor kerbau.

DIAN KURNIATI