Pelajar Ikut Urai Kemacetan di Jalur Pantura

Editor

Zed abidien

Sejumlah pembatas jalan dipasangkan oleh anggota Pramuka saat membantu kelancaran arus mudik lebaran di Jalur Pantura, dikawasan Krawang, Jawa Barat, (2/8). Tempo/Dian Triyuli Handoko
Sejumlah pembatas jalan dipasangkan oleh anggota Pramuka saat membantu kelancaran arus mudik lebaran di Jalur Pantura, dikawasan Krawang, Jawa Barat, (2/8). Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Subang - "Ayo siap-siap....ayo siap-siap...mau ada mobil lewat...ayo lepas....," ujar Fitri, anggota Pramuka Gugus Depan SMA Negeri Patokbeusi yang ikut berjaga sistem kanalisasi di lokasi pasar tumpah Sukamandi, memberikan aba-abao sambil memegangi ujung tambang di bagian barat.

Aba-aba tersebut langsung direspon Fitri dan Amelia, dua Polisi Siswa (Polsis) dari SMP Negeri 2 Patokbeusi yang bertugas memegangi ujung tambang di arah timur di pinggir jalan pasar tumpah Sukamandi, selama berlangsunya puncak arus mudik di Jalur Pantai Utara (pantura) Subang, Jawa Barat.

Ketika masing-masing ujung tambang dilepas, seketika itu pula ratusan warga pejalan kaki, yang menaiki sepeda motor dan becak yang sudah 15 menit mengantri langsung berhamburan memenuhi ruas jalur pantura untuk menyebarang ke badan jalan di bagian selatan.

Di ruas jalur pantura depan pasar, ribuan kendaraan mobil dan sepeda motor yang dijagai petugas polisi, TNI dan dinas perhubunguan, terpaksa mengantre hingga belasan kilometer unjung barat Sukamandi untuk menunggu giliran melintasi gerbang pasar selepas antrean warga.

Dengan sistem kanalisasi atau buka-tutup seperti itu, pengamanan dan pengaturan arus mudik di salah satu titik kemacetan terparah di pantura Subang tersebut bisa terurai secara simbosis mutualistis. "Sistem buka tutup ini dilakukan 15 menit sekali," ujar Fitri, seraya melempar senyum manisnya. "Aku suka bisa membantu bapak polisi mengamankan arus mudik lebaran," timpal Siti dan Amelia.

Ketiga pelajar dan puluhan pelajar lainnya yang bertugas di lokasi pos pengamanan arus mudik pasar Sukamandi tersebut mengabdi tanpa pamrih. Mereka rela berpanas-panasan melawan teriknya matahari dan menghadang tiupan angin pantura yang terkenal ganas, siang dan malam. Mereka tetap tegar dan kuat.

Buktinya, saat mengatur lalu lintas, mereka tetap menahan lapar dan dahaga karena berpuasa. "Alhamdulilah kami semua tetap berpuasa," celetuk Amelia sambil membenarkan posisi baret birunya. Polisi siswa memang diberi baret biru.

Saat yang dinanti-nanti Pramuka dan Polisi ini adalah saat menjelang buka puasa. "Rasa capek dan pegel-pegel langsung hilang, ketika mendengar suara azan," tutur Fitri. Habis berbuka, mereka tak lupa melaksanakan kewajiban salat. "Bergiliran," ujar Siti.

Selama bertugas menjadi "tukang tali tambang kanalisasi" puncak arus mudik, mereka mengaku hanya mendapatkan jatah makan nasi bungkus dari pihak kepolisian. Buat mereka nggak masalah. "Yang penting kami bisa membantu kelancaran arus kendaraan yang ingin mudik ke kampung halamannya masing-masing, itu sudah senang," papar Amelia. "Alhamdulillah, sekarang puncak arus mudiknya sudah habis, jadi bisa juga santai tugasnya," imbuh Siti, sambil melepas tawa.

Kepala Polres Subang Ajun Komisaris Besar Chiko Ardwiatto sangat mengapresiasi bantuan tenaga 30 pelajar tersebut. "Mereka sangat antusias, di kala kawan-kawanya libur menjelang lebaran, mereka masih mau panas-panasan membantu tugas polisi," ujarnya.

Para siswa SMP dan SMA tersebut, telah memberikan sikap keteladanan dalam membantu mengurai kemacetan di jalur pantura. "Kami akan terus membimbing dan membinanya agar bisa melahirkan para pemuda yang kuat, disiplin dan berahlak baik," papar Chiko.

Ia pun tak lupa berniat memberikan penghargaan kepada para pelajar yang menjadi Polsis dan Pramuka Shakabhayangkara. "Nanti habis lebaran pasti kami berikan mereka hadiah," imbuh Chiko sambil merahasiakan bentuk hadiah yang akan diberikannya.

NANANG SUTISNA