Sewakan Angkot, Mudik Jadi Lahan Cari Uang  

Keluarga pemudik yang menaiki mobil bak terbuka dengan beratapkan terpal ini juga ikut dalam antrian kendaraan di pelabuhan Merak, Banten (03/08). Diperkirakan hingga 2 hari ke depan jumlah pemudik melalui pelabuhan ini terus meningkat.   TEMPO/Dasril Roszandi
Keluarga pemudik yang menaiki mobil bak terbuka dengan beratapkan terpal ini juga ikut dalam antrian kendaraan di pelabuhan Merak, Banten (03/08). Diperkirakan hingga 2 hari ke depan jumlah pemudik melalui pelabuhan ini terus meningkat. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Amirudin ingat betul, pada Lebaran tiga tahun lalu ia belum mengantongi tiket untuk pulang kampung. Padahal waktu sudah masuk H-2 Lebaran dan harga tiket telah membubung. "Harga tiket bus ekonomi ke Pemalang bisa sampai Rp 110 ribuan, itu pun belinya harus antre lama," kata pedagang nasi goreng ini kepada Tempo, Sabtu, 3 Agustus 2013.

Ketika Amirudin kebingungan, temannya menawari mudik menggunakan mikrolet. Awalnya dia ragu. Sebab, tidak bisa membayangkan rasanya menempuh perjalanan jauh dengan angkutan kota. Setelah diyakinkan temannya, bapak tiga anak itu sepakat. Dengan merogoh kocek Rp 100 ribu, ia menumpang angkot untuk pulang ke Pemalang, Jawa Tengah.

Perjalanan pulang kampung dengan angkot ternyata tidak seburuk yang ia bayangkan sebelumnya. Bahkan, di dalam angkot, Amirudin jadi memiliki banyak teman untuk mengobrol. Penumpang juga bisa meminta sopir berhenti jika ingin buang air kecil atau makan. "Rupanya asyik juga naik angkot buat mudik. Kalau naik bus, tidak bisa meminta berhenti pada saat ingin kencing," kata dia. Karena pengalamannya itu, Amirudin masih menumpang mikrolet untuk pulang ke kampung halaman pada tahun lalu.

Adalah Nasrudin, 47 tahun, sopir mikrolet yang menjadikan tunggangannya sebagai transportasi mudik. Pria asal Tegal, Jawa Tengah, ini sudah lima tahun mengalihfungsikan kendaraannya dari angkutan kota menjadi sarana pulang kampung. Dan, pada tahun ini, sopir angkot M01, rute Terminal Senen-Kampung Melayu, itu menaikkan tarif angkutan mudiknya. Jadi Rp 150 ribu, sampai Tegal. "Biaya sekali jalan ke Tegal bisa mencapai Rp 1,5 juta, sudah termasuk 20 liter bensin," kata Nasrudin. "Kira-kira angkot terisi 10 orang, tarifnya jadi Rp 150 per orang."

Kebanyakan penumpang Nasrudin adalah teman satu desanya yang juga merantau ke Jakarta. Sehari-hari, mereka bekerja sebagai pedagang atau buruh. Peluang meraup duit tidak hanya diambil Nasrudin dari angkutan mudik. Di kampungnya, Desa Balapulang, Kabupaten Tegal, ia pun menyewakan angkotnya kepada penduduk sekitar. Dengan tarif sewa Rp 200-500 ribu, angkot Nasrudin bisa dicarter untuk acara hajatan, silaturahmi dengan kerabat di desa lain, atau ke tempat pariwisata.

"Harga sewa tergantung tujuan dan waktunya. Dari penyewaan itu, saya bisa mengantongi uang Rp 2 juta saat kembali ke Jakarta, sudah dipotong setoran untuk bos."

SYAILENDRA


Berita Lain:

Anjing Pelacak Turut Amankan Mudik di Merak

Puncak Arus Mudik di Pelabuhan Merak Malam Ini

Bus Tabrakan Karambol Terjadi di Nagreg

Pantura Juga Macet di Ruas Jalur Balik