Jalur Tengkorak Kertosono Banyak Makan Korban  

ANTARA/Syaiful Arif
ANTARA/Syaiful Arif

TEMPO.CO, Nganjuk - Para pemudik yang melintasi jalur tengah wilayah Madiun-Nganjuk-Jombang, Jawa Timur, diminta mewaspadai jalur kecelakaan di Jembatan Klinter, Kertosono. Selain kondisi jalan bergelombang, terdapat penyempitan jalan yang tak diduga para pengendara kendaraan.

Kepala Satuan Lalu-Lintas Kepolisian Resor Nganjuk Ajun Komisaris Atim mengatakan dari seluruh rute mudik di wilayah Nganjuk, jalur yang melintasi Jembatan Klinter di Desa Pelem, Kecamatan Kertosono ini paling berbahaya. Intensitas kecelakaan cukup tinggi dalam tiga bulan terakhir dengan melibatkan hampir seluruh jenis kendaraan bermotor. "Ini jalur berbahaya," kata Atim kepada Tempo, Jumat, 2 Agustus 2013.

Para pengendara, kata Atim, umumnya tersentak dengan kondisi jalan yang tiba-tiba bergelombang. Terlebih lagi jalur panjang tersebut menjadi rute utama kendaraan besar seperti bus dan truk yang memacu kecepatan cukup tinggi. Hal ini akan mempengaruhi pengendara lain ikut memacu tanpa menyadari penyempitan jalan dan gelombang yang menghadang.

Selain jalur rawan kecelakaan, Polres Nganjuk mewaspadai titik rawan kemacetan yang berada di beberapa tempat. Di antaranya adalah jalur di wilayah Kecamatan Wilangan menuju Desa Wengkal, Kecamatan Kertosono. Di jalur itu terdapat pasar tumpah yang membeludak hingga ke badan jalan.

Kemacetan di jalur ini, ujar dia, juga dipicu perlintasan kereta api di Kecamatan Bagor yang kerap menyebabkan antrean hingga beberapa kilometer. Namun, pada arus mudik tahun ini intensitas kemacetan di perlintasan ini diperkirakan menurun drastis setelah dilakukan perbaikan badan jalan di tempat itu. Jika sebelumnya kendaraan memacu kendaraan maksimal 5 kilometer saat melintasi perlintasan, kini kendaraan bisa dipacu hingga 40 kilometer per jam.

Hal ini karena kondisi perlintasan yang sebelumnya menanjak cukup tinggi dari badan jalan telah diratakan sehingga laju kendaraan tak lagi melambat di perlintasan ini. Lokasi kemacetan lainnya terpusat di perempatan Mengkreng, Kertosono.

Perempatan ini menjadi tulang punggung persimpangan jalur utama menuju Surabaya-Madiun dan Surabaya-Kediri. Biasanya kemacetan luar biasa tak terhindarkan di tempat ini meski telah direkayasa dan dipecah dengan berbagai jalur alternatif.

Yulius Nurdin, pemudik asal Jember yang selalu menggunakan jalur itu setiap Lebaran, mengaku resah dengan kondisi Mengkreng. Sebab, setiap tahun dia tak pernah mengalami kondisi lancar setiap melintasi jalan itu. "Paling tetap macet," kata dia pesimistis.

HARI TRI WASONO