Arus Mudik TKI di Bandara Soetta Turun  

Editor

Zed abidien

Tenaga Kerja Indonesia/TEMPO/Tommy Satria
Tenaga Kerja Indonesia/TEMPO/Tommy Satria

TEMPO.CO, Tangerang - Arus mudik Lebaran tenaga kerja Indonesia yang melalui Bandar Udara Soekarno-Hatta pada Lebaran tahun ini mengalami penurunan yang drastis jika dibandingkan Lebaran sebelumnya.

Gelombang kepulangan TKI dari luar negeri ke Tanah Air mulai terasa sejak awal Ramadan lalu. "Tapi rata-rata per harinya sangat sedikit," ujar Kepala Balai Pelayanan Kepulangan TKI Soekarno-Hatta di Selapajang, Kota Tangerang, Komisaris Besar Rolly Laheba, Rabu, 31 Juli 2013.

Menurut Rolly, sejak awal Ramadan, TKI yang bekerja di negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi dan Kuwait, maupun di Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand, sudah mulai berdatangan dengan jumlah mencapai ribuan. "Rata-rata setiap harinya 1.000 lebih TKI yang sudah datang," katanya.

Hanya, kata Rolly, jumlah TKI yang terdata melalui Balai Pelayanan Kepulangan atau yang lebih dikenal dengan Terminal IV Bandara Soekarno-Hatta ini jumlahnya sangat minim, yaitu 200 hingga 300 orang setiap harinya. "Sisanya atau sekitar 40-50 persen TKI ini keluar melalui Terminal II dan III Bandara Soekarno-Hatta," kata Rolly.

Padahal, kata Rolly, jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah TKI yang datang mencapai 1.000 hingga 1.500 per hari. "Bahkan pada hari puncaknya bisa mencapai 2.500 orang," katanya. Padahal, kata dia, TKI yang pulang melalui terminal umum sangat rawan menjadi korban perampokan ataupun penipuan.

Berdasarkan pantauan Tempo pada Selasa, 30 Juli 2013, gedung Balai Pelayanan Kepulangan TKI di Selapajang, Kota Tangerang, memang terlihat sepi. Hanya puluhan TKI yang terlihat di ruang tunggu maupun di tempat peristirahatan. Puluhan pos pendataan terlihat kosong. Tidak ada petugas yang bekerja. Hanya kursi kosong dan komputer yang ada di pos tersebut.

Atiyah, 24 tahun, TKI asal Bima, mengaku tetap pulang ke kampung halamannya melalui Balai Pelayanan Kepulangan ini karena merasa aman. "Ada jaminan, pastinya tidak telantar. Kalau TKI yang pulang tidak bawa uang, diongkosin sampai kampung halaman. Di terminal ini fasilitasnya lengkap, tempat menginap dan gratis," katanya.

Janda beranak satu yang sudah dua tahun bekerja di Arab Saudi ini mengaku sempat bingung ketika sampai di Bandara Soekarno-Hatta, apakah melalui jalur umum, yaitu Terminal II dan III seperti penumpang umum lainnya, atau melalui jalur khusus Balai Pelayanan Kepulangan. "Karena saya harus menginap menunggu penerbangan ke Bima, dan takut terjadi apa-apa di bandara, saya pilih Balai Pelayanan ini," katanya.

Atiyah mengaku kepulangannya kali ini termasuk dalam kategori gagal. Sebab, sebagian gajinya tidak diberikan oleh sang majikan di Arab Saudi. Bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi, Atiyah digaji 800 real atau Rp 1,8 juta per bulan. "Gaji saya yang dipotong mencapai Rp 8 hingga Rp 10 juta," katanya.

JONIANSYAH