Persiapan Lebaran, Penukaran Uang Marak di Jalan  

Dua penjaja jasa penukaran uang receh di jalanan sekitar kawasan Stasiun Kota, Jakarta (12/7). Bank Indonesia (BI) memperkirakan, kebutuhan uang masyarakat saat Ramadan dan Idul Fitri 2013 mencapai Rp 103,1 triliun. TEMPO/Subekti.
Dua penjaja jasa penukaran uang receh di jalanan sekitar kawasan Stasiun Kota, Jakarta (12/7). Bank Indonesia (BI) memperkirakan, kebutuhan uang masyarakat saat Ramadan dan Idul Fitri 2013 mencapai Rp 103,1 triliun. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Jelang Idul Fitri, bisnis penukaran uang mulai merebak di pinggir jalan. Misalnya di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama; kawasan Mal Pondok Indah; dan Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pantauan Tempo di Jalan Sultan Iskandar Muda, lima penjaja jasa penukaran uang mengacung-acungkan duit pecahan ke pengguna jalan. Uang recehan itu mereka bungkus rapi.

Rata-rata penjaja penukaran uang adalah ibu rumah tangga, seperti Jelita, 32 tahun. Berbekal kursi kecil, topi, dan selempang untuk melindungi wajah dari debu, Jelita duduk di bawah pohon dari pagi sampai sore. Dan hampir setiap tahun, Jelita menjajakan penukaran uang di pinggir jalan. "Tambahan untuk Lebaran," ujar dia kepada Tempo.

Besaran uang yang ia sediakan beragam. Mulai dari Rp 100 ribu dalam pecahan Rp 2.000, hingga Rp 200 ribu dalam pecahan Rp 20 ribu. Untuk tiap pecahan, Jelita memberlakukan tarif penukaran yang berbeda, antara Rp 5.000 sampai Rp 10.000, dan biaya itu masih bisa ditawar. Dalam sehari, Jelita membawa uang receh bernilai Rp 2 juta dalam ransel kecilnya. Pecahan uang itu ia dapat dari pemasok di Terminal Lebak Bulus. "Dari tarif penukaran, 4 persen keuntungan disetor ke pemodal," kata Jelita. "Jadi sehari bisa membawa pulang Rp 50 ribu."

Lain lagi cerita Lia, 45 tahun. Ibu empat anak ini menukar langsung ke tempat penukaran uang yang disediakan Bank Indonesia secara gratis di Lapangan Monas, Jakarta Pusat. Setelah itu, uang dibungkus ulang ke dalam pecahan yang lebih kecil dengan nilai total Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per kemasan. "Yang paling laris Rp 100 ribu," kata Lia.

Untuk modal usaha penukaran uang, Lia mendapatkan modal sebesar Rp 3 juta dari kawannya. Nanti, keuntungan dibagi 30 persen untuk pemodal. Sisanya buat dia. Pengalaman tahun lalu, keuntungan bersih yang Lia dapat mencapai Rp 1 juta. Meski berbayar, kata Lia, jasa penukaran uang laris karena praktis. Orang bisa menukar uang dalam jumlah kecil, ratusan ribu. "Kalau penukaran uang di Monas, biasanya untuk nilai jutaan. Sayang, antre panjang cuma untuk menukar Rp 200 ribu atau Rp 300 ribu saja," ujarnya.

Meski laris, pembeli uang pecahan belum seramai ketimbang tahun lalu. Pada Ramadan 2012, penukaran uang di H-10 Lebaran sudah diburu banyak orang. "Tahun kemarin, tanggal segini sudah ramai. Sekarang baru laku Rp 300 ribu," kata Lia. Untuk menyiasatinya, Lia dan Jelita tidak menawarkan uang pecahan di satu tempat saja. Namun berpindah-pindah dari Terminal Lebak Bulus, Mal Pondok Indah, dan Jalan Fatmawati. "Penukaran terus buka sampai Lebaran. Biasanya ramai tanggal 2-3 Agustus pas pegawai sudah gajian," kata Jelita.

ATMI PERTIWI

Topik Terpanas:
Anggita Sari
| Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri | Hormon Daging Impor | Bursa Capres 2014

Berita Terpopuler:
Jokowi Blusukan: `Pemerintah Kebobolan`

Dipaksa Minta Maaf, Ahok Telpon Haji Lulung

Dahlan Iskan Bakal Calon Presiden dari Demokrat

Pengacara Mario: KPK Jangan Umbar Wacana

Jokowi Ikut Konvensi? Demokrat: Tidak Ingat