Pemudik Diminta Waspada di Jalur Alternatif  

Kendaraan melintas di jalan nasional Lingkar Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (22/7). Akibat kegiatan tambang galian C yang diduga ilegal yang berada di sisi kanan jalur semi tunnel, lintasan utama arus balik mudik Lebaran ini sangat rawan longsor. TEMPO/Prima Mulia
Kendaraan melintas di jalan nasional Lingkar Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (22/7). Akibat kegiatan tambang galian C yang diduga ilegal yang berada di sisi kanan jalur semi tunnel, lintasan utama arus balik mudik Lebaran ini sangat rawan longsor. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Rovicky Dwi Putrohari mengatakan, ada sejumlah jalur alternatif yang harus diperhatikan oleh para pemudik. Alasannya, jalur-jalur tersebut cenderung rawan longsor karena perbaikan dan persiapan jalan tidak dilakukan sedetail pada jalur-jalur mudik utama yang sudah disiapkan oleh pemerintah dan pihak kepolisian.

"Terutama jika turun hujan, kami tetap menyarankan agar pemudik lebih memilih lewat jalur utama," kata Rovicky saat dihubungi, Selasa, 30 Juli 2013.

Rovicky mengatakan, sejumlah titik yang perlu diperhatikan terutama jalur alternatif Kadipaten-Kota Majalengka-Cigasong-Rajagalu-Sumber (Kabupaten Cirebon). Seperti diketahui, jalur tengah Bandung-Cirebon ini sering kali ramai digunakan selama arus mudik. Akibatnya, terjadi kemacetan sehingga kendaraan dialihkan ke jalur alternatif tersebut.

Selain itu, pemudik diminta berhati-hati di jalur alternatif Parakanmuncang-Sumedang-Wado-Malangbong. Biasanya, jalur ini digunakan sebagai pengurai kemacetan kendaraan dari arah Jakarta menuju Tasikmalaya atau Jawa Tengah. "Dari hasil pantauan tim kami di lapangan, selain berpotensi longsor saat hujan, penerangan jalannya juga kurang memadai," ujarnya.

Ia juga menyarankan agar pemudik lebih waspada jika melalui jalur Pantai Utara Jawa (Pantura). Meskipun jalur tersebut cenderung lurus-lurus saja, pemudik justru bisa dibahayakan oleh tanah-tanah akibat sisa perbaikan jalan yang masih dibiarkan di pinggir jalan. "Hujan saat ini sering tidak terduga, sementara tekstur tanah di jalur utara itu lempung sehingga licin kalau terkena air. Belum lagi sisa-sisa tanah perbaikan," ujarnya.

Untuk itu, ia meminta agar dinas pekerjaan umum segera membersihkan sisa-sisa tanah perbaikan tersebut. "Sebenarnya kondisi jalannya bagus, tapi karena tanah yang diperbaiki relatif belum keras, cenderung bisa membahayakan," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Bina Pelaksana Wilayah II Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, Winarno, mengatakan pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi terhadap jalan-jalan alternatif yang rawan longsor di jalur tengah maupun selatan. “Kami sudah siapkan alat berat. Agar ketika longsor terjadi segera dapat ditangani dengan cepat,” katanya.

Menurut dia, ada beberapa jalan alternatif yang rawan longsor di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Misalnya, ia melanjutkan, jika jalur utara (Brebes) hendak ke selatan, akan melewati daerah Blubuk dan Tonjong, Jawa Tengah, yang merupakan daerah rawan longsor. “Di Tonjong justru terjadi longsor kemarin. Namun kami sudah bersihkan dan bisa dilewati kembali.”

AYU PRIMA SANDI

Terpopuler:
Jokowi Blusukan: `Pemerintah Kebobolan`

Dipaksa Minta Maaf, Ahok Telepon Haji Lulung

Tak Tepat, Gugat Ahok dengan UU ITE

Staf SBY: Blusukan Itu untuk Pengangguran

Ini Jawaban Luthfi Soal Duit 1 M Safari Dakwah PKS

Pengajuan Moeldoko Jadi Panglima TNI Dinilai Tepat