Cabai Merah, Tradisi Unik Pak Harto Jelang Ramadan

Editor

Nur Haryanto

Emil Salim.  Dok. TEMPO/Jacky Rachmansyah
Emil Salim. Dok. TEMPO/Jacky Rachmansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap bulan Ramadan, bekas Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim, 83 tahun, selalu teringat pada benih cabai merah. Dulu, saat menjabat menteri, Emil dan para koleganya di kabinet selalu mendapat benih cabai merah besar yang ditanam dalam kaleng susu.

Tanaman sederhana itu diberikan langsung oleh Presiden Soeharto. Waktu pemberiannya pun selalu sama: tiga bulan sebelum Lebaran. Jika mendapatkan benih cabai merah, Emil langsung paham: atasannya sedang memberikan perintah khusus. Benih cabai yang diberikan tiga bulan sebelum Lebaran itu adalah simbol perintah pimpinan kepada anak buah.

Emil biasanya meletakkan benih cabai itu di meja kerjanya. Ketika diletakkan di sana, awalnya cabai itu masih hijau muda, lama-lama menguning sebelum merah merona. "Saya perhatikan setiap hari. Kalau cabai di kaleng itu mulai menguning, artinya sudah saatnya saya mulai menyiapkan infrastruktur transportasi," kata Emil, yang juga pernah menjabat Menteri Perhubungan, dua pekan lalu kepada Tempo.

Walhasil, cabai merah itu, bagi Emil, seperti jelmaan Soeharto. Saban hari, dia selalu memperhatikan cabai itu sambil deg-degan. Ia khawatir, tahu-tahu cabai itu sudah merah dan dia belum mempersiapkan apa pun memasuki Lebaran. "Itulah Soeharto, penuh simbol. Tampak halus, tapi tegas," katanya.

Menurut Emil--yang kini menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, saat mendapatkan benih cabai itu, semua menteri sudah ngeh bahwa itu bukan dalam rangka budi daya tanaman pangan atau hal semacam itu. Pemberian itu adalah ritual Soeharto menjelang Ramadan. "Cabai itu semacam warning-lah," katanya.

HERU TRIYONO

Topik terhangat:

Anggita Sari
| Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri

Baca juga:
Jokowi Blusukan: `Pemerintah Kebobolan`

Dipaksa Minta Maaf, Ahok Telpon Haji Lulung

Dahlan Iskan Bakal Calon Presiden dari Demokrat