Empat Pasar Tumpah di Subang Bakal Hadang Pemudik  

Kendaraan pemudik memasuki kawasan pasar tumpah di Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat, (16/8). Arus kendaraan padat merayap mulai dari Cikamurang Tomo Majalengka menuju arah Cirebon dan Pantura. TEMPO/Prima Mulia
Kendaraan pemudik memasuki kawasan pasar tumpah di Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat, (16/8). Arus kendaraan padat merayap mulai dari Cikamurang Tomo Majalengka menuju arah Cirebon dan Pantura. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Subang - Kehadiran sejumlah pasar tumpah di jalur utama Pantai Utara, Subang, Jawa Barat, diperkirakan akan menjadi penyebab kemacetan pada puncak arus mudik Lebaran. Di sana, sedikitnya ada empat pasar tumpah: pasar tradisional Sukamandi, Ciasem, Pamanukan, dan Pusakanagara.

Berdasarkan pantauan Tempo, keberadaan Pasar Sukamandi dan Ciasem-lah yang paling mengganggu arus mudik. Sebab, di kedua pasar itu terdapat persimpangan, permukiman padat penduduk, dan pangkalan ojek serta becak. Dengan demikian, keriuhan lalu lintas manusia dan kendaraan selalu terjadi sejak tengah malam hingga pukul 11.00.

Kepala Polres Subang, Ajun Komisaris Besar Chiko Ardwiatto, tak menampik soal keberadaan empat pasar tumpah yang menjadi penyebab utama kemacetan di jalur Pantura itu. Dan, menurut dia, persoalan pasar tumpah merupakan persoalan klasik setiap arus mudik Lebaran. "Itu sebabnya puncak arus mudik menjadi prioritas pengamanan kami," kata Chiko, Kamis, 25 Juli 2013.

Selama ini, pasar tumpah di Subang menimbulkan antrean kendaraan yang sangat panjang, hingga puluhan kilometer. Terutama di jalur Sukamandi-Ciasem yang sepanjang 10 kilometer. Agar kemacetan tak terus berulang, Chiko sering mendapatkan masukan dari masyarakat sekitar untuk membangun jembatan layang atau flyover di sekitar lokasi pasar tumpah. "Tapi kebijakan soal itu ada pada pihak pemerintah daerah," kata dia.

Adapun menurut Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Subang, Abdurahman, pembangunan jembatan layang itu merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. Sebab, jalur Pantura berstatus jalan nasional. "Pemkab Subang hanya sebatas mengusulkan," kata Abdurahman.

Soal opsi pemindahan lokasi pasar tumpah, Abdurahman mengatakan hal itu tidak mudah dilakukan. Sebab, memerlukan pengkajian yang komprehensif. Seperti menetapkan lokasi pengganti serta pembiayaannya. "Apalagi tidak sedikit pedagang yang enggan dipindah dari lokasi awal."

Kata Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, Harlan Adiwinata, solusi yang biasa dilakukan dalam mengantisipasi kemacetan di puncak arus mudik yakni melakukan upaya kanalisasi. Dengan mengatur pergerakan manusia serta kendaraan yang akan menuju dan keluar pasar. "Tiap 15 menit sekali atau lebih, disesuaikan dengan keadaan, kami akan membuka-tutup jalur di sekitar pasar tumpah," kata Harlan.

NANANG SUTISNA

Topik Terhangat

Bayi Kate Middleton | Front Pembela Islam | Bisnis Yusuf Mansur | Aksi Chelsea di GBK | Daging Sapi Impor

Berita terkait:
Dishub Dituding Biarkan Metromini Langgar Aturan
Satu Korban Metromini Maut Meninggal

Hamzah Haz Dukung Jokowi Nyapres