Puasa 16 Jam di Los Angeles  

Editor

Nur Haryanto

Buka puasa bersama Keluarga Hussain di Los Angeles .  Lolo Kartikasari
Buka puasa bersama Keluarga Hussain di Los Angeles . Lolo Kartikasari

TEMPO.CO, Los Angeles - Tahun ini, warga Amerika Serikat menjalankan ibadah puasa lebih lama karena bersamaan dengan musim panas. Di Los Angeles, kota di Negara Bagian California, misalnya. Di sana, imsak jatuh pada pukul 04.00 dan Magrib sekitar pukul 20.00. Heidi Hussain, warga Amerika kulit putih di California, mengaku puasa tahun ini tidak lagi terasa berat meski berpuasa selama 16 jam.

"Kalau ada waktu saat sahur, saya bangun, memasak telur, dan makan yoghurt. Tapi, kalau saya telat bangun, saya hanya sempat makan yoghurt dan minum air saja," ujar perempuan yang memeluk Islam sejak 2005 ini sambil tertawa lebar, Kamis pekan lalu.

Bagi Heidi dan keluarganya, kegiatan siang hari selama Ramadan tak berubah. Mereka bangun sahur pada pagi hari, salat Subuh, lalu berangkat bekerja.

"Saya hanya memberi tahu bos bahwa saya akan puasa. Untungnya, bos saya memiliki teman baik yang juga seorang muslim. Jadi, dia sangat pengertian akan jadwal kerja saya," kata Heidi, yang saat ini bekerja sebagai petugas informasi di sebuah spa di Los Angeles.

Tradisi yang dijaga Heidi dan keluarganya adalah buka puasa bersama dan membantu acara sahur di masjid setempat. Suami Heidi bernama Naji Hussain, warga Amerika kelahiran Pakistan. Ia selalu pergi ke masjid di Torrance, California, setiap pukul dua pagi bersama adiknya, Farhad Hassan, untuk menyiapkan sahur bagi jemaah di sana. Pada awal Ramadan, jumlah anggota jemaah di masjid itu sekitar 15 orang. Pada akhir Ramadan, jumlahnya biasanya sampai 200 orang.

Tempo berkesempatan ikut berbuka puasa bersama keluarga besar Mike dan Ningat Hussain, orang tua Naji, Kamis pekan lalu. Putri bungsu Ningat, Noorin, yang berada di Pakistan, ikut bergabung dengan hangatnya acara buka puasa keluarga itu melalui sambungan video Skype.

Ningat memasak samosa dan ayam kari yang pedas dan lezat. Mike menyiapkan minuman jeruk nipis manis dan hangat. Penganan dihidangkan di lantai dan semua duduk bersila mengitari makanan: air jeruk nipis manis, jus jeruk, samosa, roti isi daging, nyamikan (semacam rujak), nasi putih, ayam kari, baklava, dan kue cokelat.

Sehabis salat Magrib dan makan malam sebelum tarawih, Heidi menyiapkan teh hijau tradisi keluarga Hussain sebagai hidangan penutup.

Selama Ramadan, anggota kelompok pengajian Al-Ikhlas di Los Angeles punya rutinitas berbuka puasa bersama. Kelompok pengajian ini beraktivitas di masjid di dalam kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Wilshire Boulevard.

Mendekati pukul 19.30, ibu-ibu peserta pengajian mulai berdatangan membawa aneka makanan. Antara lain soto, combro, risoles, dan kue-kue basah lainnya. Pengurus masjid, Edi Soepraba, mengatakan, yang menyiapkan makanan itu sebagian bukan muslim dan ikut berpartisipasi karena alasan solidaritas.

Ketua kelompok pengajian Al-Ikhlas adalah Siskandar Sudarso, 62 tahun, yang sudah 22 tahun tinggal di Amerika. Walaupun ia bekerja pada siang hari, sedangkan orang-orang sekitarnya makan dan minum, hal itu tidak mengganggunya. "Sudah terbiasa. Kita berpuasa itu kan sudah diniatkan. Semuanya dijaga. Jaga hati, jaga mata, jaga ucapan."

LOLO KARTIKASARI