Cuaca Ekstrem Ancam Pemudik Sepeda Motor

Ribuan pemudik dengan sepeda motor mengantre memasuki kapal feri di Dermaga III Pelabuhan Bakauheni Lampung, Sabtu (25/8). ANTARA/kristian Ali
Ribuan pemudik dengan sepeda motor mengantre memasuki kapal feri di Dermaga III Pelabuhan Bakauheni Lampung, Sabtu (25/8). ANTARA/kristian Ali

TEMPO.CO, Semarang -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah mengingatkan cuaca ekstrem yang bisa mengancam pemudik, khususnya pengguna sepeda motor, di jalur Pantai Utara Pulau Jawa. Peringatan BMKG itu terkait dengan musim hujan yang molor hingga Juli dan Agustus mendatang akibat anomali cuaca di kawasan laut Jawa dan sekitarnya.

"Pada Juli-Agustus masih terjadi hujan pada siang, sore, dan malam hari dengan intensitas ringan hingga sedang," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jawa Tengah, Reni Kraningtyas, saat ditemui di kantornya pada Selasa, 23 Juli 2013.

Hujan pada Juli dan Agustus itu sifatnya berubah-ubah, meski kadang intensitasnya tak seberat saat musim hujan sebenarnya. Reni mengingatkan, intensitas hujan yang terjadi saat Juli hingga Agustus nanti justru rawan bagi penurunan stamina pengendara sepeda motor. "Karena sesekali hujan dan panas bergantian yang bisa menurunkan kekebalan tubuh," kata Reni.

Selain ancaman kekebalan tubuh, hujan yang terjadi itu menimbulkan efek pada kondisi jalan raya licin dan rawan menimbulkan kecelakaan. Khususnya pengendara sepeda motor yang dinilai paling mudah lengah saat melewati beragam kondisi jalan raya.

Menurut Reni, musim hujan yang molor ini akibat anomali suhu permukaan laut di Indonesia, khususnya di Samudra Hindia dan laut Jawa, menghangat lebih dari 1 hingga 2 derajat Celsius. Kondisi ini menimbulkan perawanan dan hujan di Pulau Jawa karena permukaan suhu laut lebih panas akibat low presure area atau tekanan rendah air laut. Dengan demikian, mudah memunculkan perawanan yang masih menimbulkan hujan di wilayah Jawa Tengah hingga ke depan.

Reni memperkirakan curah hujan Juli hingga Agustus mendatang masih ringan hingga sedang dengan rata-rata maksimal mencapai 20 milimeter hingga 50 milimeter per bulan.

Adapun Kepala Dinas Bina Marga Jawa Tengah, Bambang Nugroho, menyatakan anomali cuaca saat ini justru menjadi hambatan utama perbaikan jalur Pantai Utara di Jawa Tengah.

Menurut Bambang, hambatan hujan dalam pengerjaan pembangunan jalur Pantai Utara itu berdasarkan aduan rekanan yang selama ini menggarap pengerjaan. Hujan yang terjadi tak hanya menghambat pengerjaan, tapi juga menambah parah sejumlah titik jalan yang hendak diperbaiki. "Namun kami tetap menargetkan jalan bisa dilalui saat arus mudik," kata Bambang.

Ia mengeluarkan kebijakan bahwa pembangunan di sepanjang jalur Pantai Utara Jawa Tengah harus selesai pada 10 hari menjelang Lebaran. Kebijakan yang ia sampaikan itu bertujuan agar jalan nasional bisa dilalui untuk arus angkutan Lebaran dan mudik. "Mau tak mau 10 hari menjelang Lebaran harus selesai, setidaknya jalan telah beres," katanya.

Berdasarkan catatannya, saat ini tinggal tiga titik jalan yang diperbaiki dari 10 titik pengerjaan jalan di sepanjang jalur Pantai Utara bagian barat Jawa Tengah. Yakni di wilayah Brebes, Pejagan, dan Losari, perbatasan Jawa Barat.

Sedangkan perbaikan di jalur Pantai Utara timur tinggal di Jalan Kaliori Rembang, sepanjang 600 meter peninggian yang sedang diperbaiki. Jalan itu baru sebagian diperbaiki dari total kontrak 2,1 kilometer yang hendak dikerjakan. "Sisanya menyusul, kalau dikerjakan sekarang malah mengganggu pengguna jalan," katanya.

Bambang menargetkan, pada 24 Juli mendatang atau 14 hari menjelang Lebaran, sepanjang jalan nasional di Jawa Tengah bisa dilalui.

EDI FAISOL



Terhangat:
Front Pembela Islam | Bisnis Yusuf Mansur | Daging Impor

Berita populer:
Beredar Video FPI Merusak Toko di Makassar

FPI: SBY yang Harus Menahan Diri

Tifatul Sembiring: Tempo Lebay