Buka Puasa Mantap dengan Etong Bakar

Editor

Nur Haryanto

Ikan Etong Bakar.
Ikan Etong Bakar.

TEMPO.CO, Jakarta - Jarum jam baru menunjuk angka empat sore, Kamis pekan lalu, ketika dua pekerja di warung seafood milik Badruzaman di Jalan Embah Dongdo, Kota Subang, Jawa Barat, mulai sibuk. Mereka membakar aneka ikan untuk makanan berbuka puasa. Ada beberapa jenis ikan yang dibakar, tapi yang utama adalah ini: etong.

Aroma rempah-rempah panggang ikan bakar itu langsung menusuk hidung dan membangkitkan rasa lapar setiap orang yang melewati kedai sederhana itu. Ikan-ikan yang sudah matang dibakar itu satu per satu kemudian dikemas dalam bungkusan kertas. Sebagian lainnya disisakan buat pembeli yang makan di tempat itu.

Di sudut warung, dua pekerja menyiapkan adonan bumbu yang terdiri atas kecap, irisan cabai rawit merah-hijau, bawang merah, dan kacang tanah, lalu membungkusnya dalam plastik kecil. Ini adonan bumbu untuk pembeli yang hendak membawanya pulang. Sebagian adonan itu disiapkan di pisin (piring kecil) untuk dihidangkan bagi yang makan di warung.

Tidak berselang lama, para pembeli mulai berdatangan. "Kami pesan etong tiga ekor," ujar Eko, salah seorang warga Subang. Ia bersama empat temannya berbuka puasa bersama di warung lesehan berkarpet merah tua itu. "Kami dua ekor etong saja. Dibungkus," kata Zaenal, warga Kalijati. Ia memesan untuk dibawa pulang.

Eko mengaku menjadi pelanggan berat etong bakar di warung ini setiap Ramadan. "Rasanya ngangenin dan ikan bakarnya sedikit pun tidak tercium bau amis," ujar pekerja swasta itu. Bumbu rempah-rempah yang melumuri etong bakarnya, kata Eko, menjadi salah satu pembeda dengan etong bakar di tempat lainnya. "Daging etongnya terasa lembut," kata Mega, kawan Eko. "Pokoknya edun euy!" Etong Bakar per ekor, dengan berat 7-8 ons, dijual seharga Rp 35-40 ribu.

Menurut Badru—panggilan akrab Badruzaman—bumbu ikan bakar miliknya memang beda, terutama racikan rempah-rempahnya. Soal bumbu, ia tidak pernah mewakilkan peracikannya kepada anak buahnya. Saat ditanya resepnya, "Itu rahasia dapur kami." Ia mengatakan bumbu racikannya tidak banyak berbeda dengan di tempat lain.

Ikan etong dibelinya dari Pelelangan Ikan Blanakan dan Eretan tiap harinya. Badru menggeluti usaha ini sejak 2005. Dalam dua hari, warungnya rata-rata menghabiskan 1,5 kuintal etong. Kalau jenis ikan lainnya, seperti kakap dan cumi, sekitar 50 kilogram. Saat Ramadan, omzetnya rata-rata Rp 3 juta pada hari biasa, dan Rp 5-6 juta saat akhir pekan. Selain di Embah Dongdo, warung Badru juga ada di Jalan Pejuang 45. Selama Ramadan, warung buka pukul 16.00-01.00.

NANANG SUTISNA

Bahan dan cara memasak

- Kulit ikan Etong yang keras habis dikletekin, kemudian etong lalu di rendam pake air campur kunyit, jeruk nipis, dan garam selama lima menit agar hilang bau amisnya.

- Setelah itu, etong dikeringkan sambil dilumuri bumbu rempah-rempah yang terdiri atas pala, cengkih, kapulaga, merica, ketumbar, lengkuas, dan lainnya.

- Setelah dibumbui, etong disimpan di tempat khusus hingga warung dibuka.

- Pada saat proses pembakaran, agar hasil bakaran etongnya sempurna, menggunakan arang batok kelapa.