Santri Gontor Dibekali Kepemimpinan  

Editor

Nur Haryanto

Santri Pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan, Madura, Jatim, Senin (26/4). ANTARA/Saiful Bahri
Santri Pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan, Madura, Jatim, Senin (26/4). ANTARA/Saiful Bahri

TEMPO.CO, Mojokerto - Selama bulan Ramadan, santri Pondok Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, dibekali sejumlah pelatihan, termasuk tentang kepemimpinan. "Sekarang sedang ada pelatihan imamah (kepemimpinan)," kata Staf Hubungan Masyarakat Pondok Modern Darussalam, Gontor, Akbar Al Fahmi, saat dihubungi Ahad, 21 Juli 2013.

Sejumlah pelatihan itu diberikan untuk santri kelas 5 dan 6. Sedangkan santri kelas 1 hingga kelas 4 diliburkan. "Kelas 6 menerima pembekalan intensif untuk persiapan mereka menjadi alumni," katanya.

Sebagai pondok modern yang sudah berusia 85 tahun sejak berdiri tahun 1926, Gontor tak hanya jadi wahana pendidikan Islam. Gontor juga menggembleng santrinya di bidang organisasi dan kepemimpinan melalui organisasi pelajar, mahasiswa, dan Pramuka. Segala kebutuhan sandang, pangan, dan papan juga diupayakan untuk dicukupi dengan memberdayakan sumber daya para santri melalui berbagai jenis unit usaha di Gontor Pusat.

"Pada mulanya, Gontor mendirikan unit usaha untuk memenuhi kebutuhan santri seperti koperasi pelajar, koperasi dapur, kantin pelajar, dan juga penggilingan padi," kata salah satu pengasuh Pondok Modern Darussalam, Gontor, KH Abdullah Syukri Zarkasyi.

Kini di Gontor Pusat ada 32 unit usaha yang dikelola koperasi pondok pesantren (kopontren) La Tansa di bawah naungan Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YPPWM). Unit usaha tersebut meliputi segala bidang seperti penyediaan bahan pangan, makanan, minuman, penginapan, transportasi, peternakan, telekomunikasi, komputer dan internet, pertokoan dan minimarket, konveksi, percetakan, dan sebagainya.

Gontor Pusat atau Gontor 1 kini telah memiliki 13 cabang pondok putra dan tujuh cabang pondok yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, dan Sulawesi dengan jumlah santri 23 ribu.

ISHOMUDDIN