Titiek Soeharto di Cendana, Bukber Nasi Kebuli  

Titiek Soeharto. dok TEMPO/Santirta M
Titiek Soeharto. dok TEMPO/Santirta M

TEMPO.CO, Jakarta - Titiek Soeharto mengatakan hingga saat ini di Jalan Cendana, rumah kediaman orang tuanya, Pak Harto (mantan Presiden Soeharto), masih menyelenggarakan acara buka puasa dan santunan anak yatim piatu.

"Kegiatan ini masih terus berlangsung meski Bapak sudah meninggal. Kami sekeluarga tetap menyelenggarakan acara kumpul dan buka puasa bersama dengan anak yatim piatu," kata wanita berbama lengkap Siti Hediati Hariyadi ini sambil tersenyum.

Wanita yang biasa disapa Mbak Titiek ini ditemui Jumat, 19 Juli di Jakarta Convention Center, Senayan dalam peragaan busana Rumah Pesona Kain di acara Gelar Batik Nusantara.

Wanita kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 15 April 1959 ini mengaku dirinya bersama Mbak Tutut atau Siti Hardiyanti Rukmana termasuk pihak keluarga yang masih rajin membuat silaturahmi mengumpulkan sanak keluarganya untuk kumpul dan mengikuti acara buka puasa bersama.

"Seru kami semua, masih sering kumpul terutama saat Ramadan. Kami menyambung silaturahmi. Kalau kata orang Jawa biar enggak "mati obor" atau putus persaudaraan. Sejak zaman Bapak masih ada kami rutin bikin acara buka puasa bersama anak yatim piatu. Saat itu, Bapak senang dan keluarga juga mengikuti sisi baik ini," kata anak keempat Soeharto yang rajin menyambangi acara peragaan busana, terutama bila temanya tentang batik.

Mbak Titiek mengatakan untuk acara buka puasa bersama, menu yang tersaji adalah nasi kebuli. "Di acara buka puasa Cendana, menu khas Ramadan kami ya nasi kebuli. Makanan ini sangat nikmat dan ketika menyantapnya seru, beramai-ramai," kata Mbak Titiek sambil tersenyum.

Setelah acara bukber biasa dilanjutkan dengan salat tarawih bersama, membaca Al-Quran atau tadurasan. "Pokoknya setiap Ramadan kami mengisi dengan acara yang meningkatkan ketakwaan dan amal ibadah di bulan suci," katanya menjelaskan.

HADRIANI P
Baca berita terpopuler
Lebaran, Terminal Grogol Buka 24 Jam

Lusy Rachmawati Ingin Berlebaran di Indonesia 

Sandhy Sondoro: Beda Puasa di Jerman dan Indonesia