Sandhy Sondoro: Beda Puasa di Jerman dan Indonesia

Editor

Nur Haryanto

Musisi Sandhy Sandoro. TEMPO/Nurdiansah
Musisi Sandhy Sandoro. TEMPO/Nurdiansah

TEMPO.CO, Jakarta - Selama berada di Jerman, pada 1993-2009, banyak pengalaman unik saat Ramadan dirasakan Sandhy Sondoro. Salah satunya perbedaan zona waktu. "Cobaan paling berat adalah puasa saat musim panas," kata penyanyi jazz ini, Senin lalu.

Sampai kini, masih terbayang di ingatannya bagaimana lidahnya terasa kering dan kaku karena haus. Maklum, ia harus berpuasa sepanjang 15 jam. "Jam 5 pagi saja sudah terang, sedangkan matahari baru terbenam jam 10 malam," kata pelantun lagu Malam Biru ini.

Yang bikin berat lagi, Shandy harus ke mana-mana memakai sepeda. Acap kali ia terjemur di bawah panas matahari yang menyengat kulit. Ia pun mengakui puasanya bolong-bolong karena tidak kuat menahan haus. Setelah kembali ke Indonesia, Shandy merasa seperti di "surga". Di Tanah Air, kata dia, waktu puasanya sebentar. Yang terpenting sekali, katanya, ia bisa menyantap banyak makanan khas dan makanan kesukaannya, yaitu es cendol.

NANDA HADIYANTI



Terhangat:
Bentrok FPI | Bisnis Yusuf Mansyur | Aksi Liverpool di GBK

Berita terkait:
KPK Segera Tahan Anas dan Andi Mallarangeng

Kemen PU: BPK Mungkin Keliru dalam Audit Pantura

Tersangka Hambalang Mengaku Diperas Mafia Proyek

Kasus Century, KPK Targetkan Selesai Tahun Ini