Semangat Menghafal Al-Quran  

Editor

Nur Haryanto

Seorang anak dibimbing membaca Iqra, buku latihan membaca Alquran di bantaran di kawasan Kalimas Timur, Surabaya, Senin (11/2). TEMPO/Fully Syafi
Seorang anak dibimbing membaca Iqra, buku latihan membaca Alquran di bantaran di kawasan Kalimas Timur, Surabaya, Senin (11/2). TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Jakarta - Ada 50 orang duduk bersila di dalam Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu pekan lalu. Berganti-ganti mereka menunjukkan kemajuannya dalam menghafal surat-surat Al-Quran di depan instruktur. “Saya belum menambah hafalan baru, masih yang ini dulu (Ad-Duha),” kata Mardia Lubis, 75 tahun.

Mardia dan rekan-rekannya memang tengah mengikuti program menghafal Al-Quran yang diselenggarakan oleh Lembaga Tahfidz Al-Azhar. Sepuluh instruktur yang mendampingi para peserta adalah lulusan Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran, Cilandak, Jakarta Selatan.

Umi Sa'adah, instruktur yang mendampingi Mardia, terlihat sabar menyimak bacaan Mardia yang terbata-bata. Dia teliti meluruskan bacaan pensiunan guru akuntansi SMK itu. Umi mengaku salut akan ikhtiar nenek tersebut yang tidak pernah absen datang pelatihan.

Setelah menuntaskan hafalan, terlihat Mardia mengulang hafalan bersama peserta lain yang juga kebanyakan sudah sepuh itu. “Menghafal Al-Quran menjaga saya dari kepikunan,” ujar Mardia menyatakan alasannya mengikuti program selama Ramadan maupun sebelum Ramadan. “Hati juga bisa jadi lebih tenang.”

Adapun, Rahmi Saadah, 22 tahun, menghafal lebih cepat. Mahasiswi Universitas Al-Azhar itu sudah hafal seluruh juz 30. Dia mengaku termotivasi menghafal karena melihat bocah-bocah Palestina menjadi penghafal. “Terinspirasi Faris Audah,” kata dia, menyebut salah satu penghafal Al-Quran itu.

Ketua LTA, Achmad Khotib, mengatakan program ini digelar untuk meningkatkan kecintaan umat kepada Al-Quran. “Ini wadah bagi masyarakat yang ingin menghafal,” kata dia. Pendaftaran terbuka bagi masyarakat dari seluruh usia tanpa memungut biaya.

Khotib mengungkapkan, metode menghafal yang diajarkan terbagi dua, yakni secara parsial dan keseluruhan. Metode parsial maksudnya, satu ayat dibaca berpuluh-puluh kali sampai melekat di dalam ingatan. Sedang metode keseluruhan atau per surat adalah dengan membaca berulang kali satu surat sampai selesai dan hafal.

Sebelum menghafal, satu hal yang harus dilalui peserta adalah tahsin atau perbaikan bacaan. Artinya, mereka harus membaca kitab suci dengan benar sesuai tajwid. "Bacaannya harus lancar dulu," kata Umi.

Tentu proses menghafal tidak hanya dilakukan saat di pelatihan saja. Peserta juga dianjurkan melakukannya di saat-saat senggang di mana saja. Selain itu, saat melakukan salat, surat yang tengah dihafal sebaiknya dibaca. Peserta mengaku cara itu cukup manjur. “Saya cepat hafal. Saya membaca setiap salat dan saya menghafal di rumah maupun di angkutan umum,” kata peserta LTA, Misbahul Cipto Rahman.

ATMI PERTIWI | ALI ANWAR