Pengrajin Kopiah Garut Kebanjiran Pesanan

TEMPO/Iqbal Lubis
TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Garut-Pengrajin kopiah di Kabupaten Garut, Jawa Barat, kebanjiran pesanan. Omset mereka pun mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga mencapai 80 persen dari hari biasanya. "Pesanan sudah mulai banyak sebelum memasuki puasa," ujar salah seorang pengrajin, Uus Saefulloh, 34 tahun, warga Kampung Barileuk, Kecamatan Samarang, Sabtu, 20 Juli 2013.

Menurut dia, kopiah yang banyak dipesan terbuat dari kain katun dan bahan rajutan. Namun untuk memenuhi permintaan pasar, dia mengaku memproduksi 10 jenis kopiah. Barang yang banyak laku diborong diantaranya kopiah An-Nur sablon dan rajutan, opal sablon, opal rajutan, dan kopian zam-zam atau populer disebut peci Si Madun.

Dalam satu hari, Uus mengaku mampu memproduksi 250 sampai 400 kodi dengan mempekerjakan lebih dari 10 pegawai. Harga setiap kodinya bervariasi, tergantung dari bahan dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya. Mulai Rp50.000 hingga Rp80.000 per kodinya. "Dalam sebulun seperti saat ini, bisa mendapatkan omset sebesar Rp48 juta," ujarnya.

Pengrajin lainnya, Dian Kusdinar, 40 tahun, warga Sukapadang, Tarogong Kidul, mengaku, meningkatnya orderan ini akan berlangsung hingga menjelang idul Adha. Alasannya karena banyak umat muslim yang menggunakannya untuk ibadah tarawih dan silat Id. Bila menjelang musim haji, kopiah ini biasanya dijadikan cendera mata. "Kesibukan produksi ini sudah rutin setiap tahunnya," ujarnya.

Kopiah asal Garut ini telah menembus pasar Jakarta, Surabaya, Jambi, dan Padang. TaK hanya itu, ada pula diantara pengusaha besar yang langsung mengirimkan kopiah dari Garut untuk diekspor ke luar negeri seperti negara Timur Tengah.

SIGIT ZULMUNIR



Terhangat:
Bentrok FPI | Bisnis Yusuf Mansyur | Aksi Liverpool di GBK


Baca juga:

Buka Puasa Bersama, Istri Uje Masih Menangis

Ivan Gunawan: Cukup Tiga Kurma

Ramadan Jazz, Tahun Lalu Shena Jadi Pembawa Minum

Jalur Alternatif Cijapati-Garut Layak Dilewati