Puasa, Kota Malang Diserbu Pengemis  

Editor

Zed abidien

TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Malang - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang menjaring sebanyak 40 gelandangan dan pengemis selama bulan Ramadan. Diduga gelandangan dan pengemis tersebut terorganisasi. Mereka berdatangan dari berbagai daerah. "Masuk ke Malang sejak puasa," kata Kepala Satpol PP Kota Malang, Handi Priyanto, Sabtu, 20 Juli 2013.

Seorang pengemis lumpuh asal Bratang, Surabaya, tertangkap di Terminal Arjosari, Malang. "Bagaimana orang lumpuh bisa sampai di Malang? Pasti ada yang mengkoordinasi," katanya.

Sayang, Satpol PP tak bisa mengungkapkan jaringan pengemis dan gelandangan ini. Mereka terjaring dalam operasi di sejumlah jalur utama Kota Malang. Setelah terjaring operasi, mereka mengikuti pembinaan di panti sosial milik Dinas Sosial Kota Malang.

Pembinaan, di antaranya, berupa memberikan keterampilan agar bisa hidup mandiri. Selanjutnya, mereka akan dipulangkan ke kampung masing-masing.

Malang menjadi magnet pengemis dan gelandangan. Hal ini tak lepas dari pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Apalagi umat muslim meningkatkan sedekah selama bulan Ramadan.

Kepala Dinas Sosial Kota Malang, Zubaidah, menjelaskan, untuk mengatasi masalah sosial seperti gelandangan dan pengemis, akan dibangun kampung masa depan. Yakni tempat penampungan yang dibangun di lingkungan kantor Dinas Sosial. "Mereka dilatih keterampilan, dan pameran hasil karya," katanya.

Bangunan seluas 2.000 meter persegi itu terdiri dari tiga lantai. Dianggarkan dana pembangunan sebesar Rp 3,5 miliar. Bangunan ini meliputi kamar tidur, ruang pameran, dan lapangan olahraga. Juga kebun untuk pertanian.

EKO WIDIANTO