Tekan Kejahatan, Polisi Bikin Pesantren Kilat

Editor

Zed abidien

Beberapa murid SD Negeri II Serang bertadarus  (membaca Alquran) saat mengikuti program pesantren kilat di Pondok Pesantren Darul Ilmi, Kampung Cikulur, Serang, Banten, Minggu (29/7). ANTARA/Asep Fathulrahman
Beberapa murid SD Negeri II Serang bertadarus (membaca Alquran) saat mengikuti program pesantren kilat di Pondok Pesantren Darul Ilmi, Kampung Cikulur, Serang, Banten, Minggu (29/7). ANTARA/Asep Fathulrahman

TEMPO.CO, Jakarta - Seratusan anak-anak kecil sedang ada di dalam kompleks markas Kepolisan Jakarta Utara. Mereka bukanlah pelaku kriminal dengan wajah penuh penyesalan. Namun mereka adalah peserta pesantren kilat yang penuh dengan senyum yang mengembang. Seminggu lebih, mereka akan menempa ilmu agama, karakter, tentang hukuman tindak kejahatan, dan belajar kedisiplinan.

Kepala Kepolisian Resort Jakarta Utara Komisaris Besar Muhammad Iqbal mengatakan bahwa momen Ramadan dijadikan untuk mengurangi tindakan kriminalitas. "Para peserta adalah anak-anak yang kurang beruntung di daerah sekitar Jakarta Utara," kata Iqbal, Jumat 19 Juli 2013 menjelang buka puasa.

Salah satu peserta pesantren kilat, Muhammad Yusuf, 12 tahun, mengatakan ingin tahu bagaimana cara agar dia bisa berkirim doa kepada orang tuanya yang meninggal. Anak yang sehari-hari mengamen di beberapa tempat di Jakarta Utara ini mengaku diajak oleh polisi yang telah "menangkapnya". Saat ditanya apakah tertarik dengan program, ia mengangguk kecil.

Namanya anak kecil, saat seorang dai memberikan tausiah, tetap aja anak-anak berperilaku sesuai usianya. Nampak ada yang bermain lampar-lemparan peci, ngomong sendiri, dan beberapa lari-lari kecil. Bahagia nampaknya. Padahal, kata para anggota Bimbingan Masyarakat Kepolisian Jakarta Utara, konon para peserta pesantren adalah berpotensi kriminal.

Penyelenggara berharap, peserta pesantren yang rata-rata tidak berayah-ibu ini bisa menjadi pelopor dari ketertiban dan keamanan lingkungannya. "Bukan malah menjadi pelaku atau korban kejahatan," harap Iqbal.

MUHAMMAD MUHYIDDIN