Gurih Manis Awug Panas untuk Buka Puasa  

Editor

Nur Haryanto

Kuliner khas Awug Panas. Tempo/Anwar Siswadi
Kuliner khas Awug Panas. Tempo/Anwar Siswadi

TEMPO.CO, Jakarta - Belasan pembeli tengah merubung gerobak awug di Jalan Cibeunying, Bandung, akhir pekan lalu. Mereka sabar menunggu panganan seperti putu itu disiapkan ke besek. Di rumah nanti, awug akan menjadi santapan buka puasa yang maknyus!

Mula-mula, awug panas dijungkirkan dari kukusan bambu berbentuk silinder kerucut. Orang Sunda biasa menyebut alat masak itu sebagai aseupan. Beralas daun pisang hijau muda, kue tradisional andalan gerobak Awug Cibeunying itu lalu diiris. Potongannya yang menggugah selera segera berpindah ke besek atau kotak kertas seukuran buku saku.

Indra Rudiana, 28 tahun, pengelola gerobak itu, akhirnya turun tangan karena pembeli semakin banyak. Dengan cekatan, ayah satu anak itu memasukkan sejumput tepung beras yang telah dicampur parutan kelapa ke dalam aseupan, lalu melapisinya dengan butiran gula aren. Begitu seterusnya hingga mencapai 15 lapis. "Setelah itu, langsung dikukus selama 5 menit, awug sudah jadi," kata Indra kepada Tempo.

Awug dianggap cocok untuk santapan berbuka puasa. Apalagi di tengah cuaca Bandung yang kerap hujan menjelang petang. "Awug juga bisa mengganjal perut karena terbuat dari beras," kata Hasan, warga setempat.

Bagi orang Bandung, nama Awug Cibeunying sudah tersohor. Pembuatnya, Ajang Muhidin, merintis awug sejak 1978. Lokasinya tidak beranjak dari tempat sekarang, yakni di samping Apotek Cibeunying, Jalan Ahmad Yani, seberang Sekolah Tinggi Tekstil Bandung. "Beberapa orang dari luar kota suka kesasar, dikiranya awug di Taman Cibeunying," kata Indra.

Ajang, 60 tahun, sejak 2006 telah pensiun. Sejak itu, dua dari tujuh anaknya, yaitu Indra dan seorang kakaknya menjadi penerus. Indra berjualan di lokasi lama, sedangkan kakaknya mengelola dua cabang di Cimahi dan Sindanglaya, Bandung Timur.

Sejumlah pembaruan pun dilakukan sang penerus ini. Dari pembuatan hak merek, sertifikat halal, dan paten. "Supaya tidak diakui Malaysia," kata Indra. Bungkus awug juga memakai kotak kertas dan besek berstiker identitas. Awug semula hanya dikemas sederhana dengan kantong plastik.

Saat mulai mengelola, Indra sempat coba-coba rasa baru. Sebagai pengganti gula aren, ia memakai selai stroberi, cokelat, dan keju. Karena tidak disukai pelanggan dan disarankan agar rasanya tidak macam-macam, Indra mengalah. "Awug lebih enak yang asli," ujarnya menirukan komentar pelanggan.

ANWAR SISWADI

Cara Pembuatan

Sepintas, cara pembuatan awug seperti kue putu. Keduanya sama-sama menggunakan tepung beras. Media pemasoknya pun serupa, yakni kukusan bambu berbentuk silinder. Karena tidak pakai bahan pengawet, awug cuma tahan paling lama sehari.

1. Beras lebih dulu direndam selama sehari
2. Kemudian digiling dan dikukus.
3. Campuran berikutnya adalah air gula, pandan, parutan kelapa, dan butiran gula aren.