Serba-Takjil di Bendungan Hilir

Editor

Nur Haryanto

TEMPO/ Amston Probel
TEMPO/ Amston Probel

TEMPO.CO, Jakarta - Pasar Bendungan Hilir—biasa disingkat menjadi Benhil—seakan tidak pernah tidur. Lokasinya, yang berada di permukiman padat penduduk dan berdempetan dengan perkantoran Jalan Sudirman, membuat pasar ini selalu ramai.

Kondisi ini menjadi semakin ramai begitu bulan Ramadan. Dagangan yang paling laku adalah makanan takjil, yang dijajakan sejak pukul 11.00 hingga 18.30. Di sini Anda bisa menemukan sajian kuliner Nusantara.

Lemang tapai ketan khas Minang dihargai Rp 20 ribu per porsi, ketupat santan Rp 3.000 per biji, pastel Rp 2.500, dadar gulung Rp 2.500, klepon Rp 2.000, dan pisang bolen Rp 2.000. Sedangkan kolak pisang, kolak kacang ijo, kolak ubi, dan biji salak ketan dibanderol Rp 8.000 per porsi.

Pembelinya, selain berasal dari warga sekitar, sengaja datang dari lokasi lain yang cukup jauh. Fitri, pekerja kantoran di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, misalnya, harus berburu makanan takjil ke Benhil, meskipun macet tak dapat dihindari. “Makanannya unik-unik, nyarinya gampang. Kalau di tempat lain campur dengan makanan berat, kalau di sini enggak,” ujar Fitri.

Hal senada dikatakan Ami, warga Pejaten, Jakarta Selatan. “Dari tahun lalu, saya sudah sering ke sini. Jajanannya lengkap, harganya juga standar, pilihannya banyak," katanya.

Tersohornya pasar takjil Benhil sampai membuat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ikutan berburu santapan pembatal puasa di sini. Jumat lalu, Jokowi membeli tiga dus kudapan khas tempat asalnya, Solo, berisi sosis solo, pastel, onde-onde, lemper bakar, dan risoles. Mantan Wali Kota Surakarta itu juga membeli kolak, biji salak, dan keripik singkong balado. Ia juga mencari makanan Betawi, asinan.

Pasar makanan takjil juga merebak di seantero Jakarta. Di Kelurahan Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara, misalnya, pengurus dan warga RW 006 menggelar Bazar Ramadan di Jalan Swasembada. Sebanyak 27 pedagang makanan takjil meramaikan bazar. “Mencari rezeki dan pahala di bulan berkah,” ujar Ketua RW 006, Chairul Aswan.

Bazar menyediakan kolak pisang, sup buah, es campur, dan berbagai gorengan. Penganan beratnya didominasi oleh produk makanan olahan, seperti bakso, mi ayam, dan soto. Para pembeli tampak menyerbu es campur Manohara milik Ibu Endeh yang dihargai Rp 7.000.

Begitu juga bakso milik Chairul. “Baksonya lembut dan saya sudah langganan dengan bakso ini sebelum ada bazar,” ujar Anita, karyawati yang bekerja di salah satu kantor di Jalan Yos Sudarso. Chairul mengaku senang bila Ramadan tiba karena bazar yang sudah berlangsung selama 10 Ramadan itu dilegalkan oleh pemerintah. "Pak Makmun, Lurah Kebon Bawang, malah sangat mendukung bazar ini," katanya.

ANGGRITA DESYANI | LINDA TRIANITA | AMRI MAHBUB | ALI ANWAR