Ramadan, Mal Dubai Larang Pengunjung Berbaju Mini

Editor

Nur Haryanto

Warga menggunakan ponsel pintar di Dubai, Uni Emirat Arab. AP/ Kamran Jebreili
Warga menggunakan ponsel pintar di Dubai, Uni Emirat Arab. AP/ Kamran Jebreili

TEMPO.CO, Dubai - Pada Ramadan 2013, sejumlah pusat perbelanjaan mengeluarkan kebijakan berpakaian bagi pengunjungnya. Misalnya saja The Dubai Mall dan Mall of the Emirates. Dan isi kebijakan itu: melarang pengunjung berpakaian mini. Melalui papan pengumuman, selebaran, dan layar LCD, manajemen mal mengingatkan pengunjung untuk menghormati kebudayaan Arab sepanjang Ramadan.

"Pusat perbelanjaan Dubai mengeluarkan kode berpakaian bagi pelanggannya," tulis Gulf News, Ahad, 14 Juli 2013. "Mereka meminta pengunjung berpakaian sopan, menutup bahu serta lutut."

Kebijakan berpakaian tertutup ini disebut Uni Emirat Arab Dress Code. Dan menurut juru bicara UEA Dress Code, gerakan itu bertujuan untuk memastikan bila semua pengunjung mal menghormati kebudayaan Arab. Terutama dari segi berpakaian. "Secara persuasif, kami mengingatkan setiap tamu pentingnya menghormati etos budaya daerah tertentu," katanya, seperti yang dikutip Emirat 24/7.

Kampanye UEA Dress Code pertama kali dilakukan pada Mei 2012, melalui Twitter. Gerakan ini merupakan penolakan budaya Barat, terutama dari segi berpakaian, yang kerap dibawa jutaan turis ke wilayah Uni Emirat Arab. Dan pencetus gerakan ini adalah penangkapan turis Inggris yang datang ke sebuah mal di Dubai, hanya dengan mengenakan bikini, tiga tahun lalu. Hingga muncul pelbagai pendapat bila wisatawan perempuan itu tak menghormati budaya Arab.

Mayoritas masyarakat Dubai, tulis situs On Islam, mendukung kampanye UEA Dress Code ini. Misalnya saja Fathima Farook yang memuji inisiatif pengelola mal untuk memberikan selebaran larangan berbaju mini. "Saya benar-benar menghormati kebebasan, namun menunjukkan rasa hormat terhadap budaya suatu negara tidaklah membahayakan," ujar Farook.

Sementara warga lain berpendapat bila kampanye tak berbaju mini itu tidak hanya dilakukan pada Ramadan saja. Melainkan sepanjang tahun, selama turis Barat itu berada di kawasan Uni Emirat Arab. "Bahkan beberapa pendukung UEA Dress Code menyarankan adanya denda bagi pengunjung mal yang melanggar aturan berpakaian," tulis On Islam.

Wisatawan asing, Max Calderan, menyambut positif kampanye UEA Dress Code ini. Bahkan menurutnya, larangan itu sudah harus dipublikasikan di gerbang masuk negara-negara Uni Emirat Arab. Seperti di bandara atau terminal bus. "Sehingga tidak ada alasan bagi turis Barat untuk berpakaian tak tertutup, dengan alasan tidak mengetahui kebijakan ini," ujar Calderan.

ON ISLAM | GULF NEWS | DECCAN CHRONICLE | CORNILA DESYANA

Serba-Serbi Ramadan
Anjangsana ke Masjid Jogokaryan

Ini Cerita Pilot Saat Puasa Ramadan

Ada Es Krim ala Turki di ANF 2013