Komaruddin Hidayat: Ramadan Melatih Toleran

Editor

Nur Haryanto

Komarrudin Hidayat. Dok. TEMPO/Seto Wardhana
Komarrudin Hidayat. Dok. TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO , Jakarta- Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, melalui akunnya di twitter @komar_hidayat 8-10 Juli, mengunggah kultweet, soal Ramadan. Simak tweet-nya yang telah dirangikum ini.


Ramadan selalu membawa aura kesejukan. Bagaikan hujan menjumpai kemarau. Puasa itu ibadah ritual, berbasis individual. Tapi dampak sosialnya luar biasa. Industri TV sangat berperan memeriahkan. Ada baiknya kita melatih toleran terhadap keyakinan keagamaan yang berbeda.


Kata ustad, Ramadan adalah bulan pertobatan dan ampunan. Harta-harta haram hasil korupsi kembalikanlah kepada pemiliknya agar akhir Ramadan benar-benar bersih. Bulan Ramadan bulan pembersihan, dosa vertikal dan horizontal, sin and crimes. Bulan Ramadan bulan penyucian. Harta yang diduga tidak halal sebaiknya dibersihkan agar tidak menghalangi ampunan dan keberkahan Ilahi.


Dulu ada orang menyembah bulan. Sekarang bulan dianalisis posisinya sebagai pedoman awal Ramadan. Hisab penetapan waktu berdasarkan matahari dibakukan dalam teknologi jam tangan. Tak perlu menatap matahari. Setiap menjelang Ramadan, kita belajar ilmu hisab dan rukyat. Kalau ada ujian, semestinya lulus semuanya.


Apakah bisa debat hisab-rukyat diterapkan untuk menentukan awal tahun baru Hijriah? Agar kalender Hijriah bisa dijadikan patokan selama setahun. Pemerintah itu institusi rasional. Apa bisa menyusun kalender Hijriah secara permanen, dimulai dari awal tahun?


Pemerintah dan ilmuwan bisa membuat kalender Hijriah setahun, mereka yang mau mengawali puasa dengan melihat hilal, silakan saja. Kalender Hijriah sulit dijadikan patokan kalau tak ada sistem yang disepakati dunia Islam. Dalam sejarah, Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang sambil berdakwah. Bukan perang.