Kripik Bawang, Buah Tangan Ramadan

Keripik Bawang. kaskus.co.id
Keripik Bawang. kaskus.co.id

TEMPO.CO, Jakarta -Memasuki bulan puasa Ramadan, geliat ekonomi di bilangan Kemanggisan Pulo, Jakarta Barat menjadi bergairah. Di sana terdapat sentra pembuatan kripik bawang. Harganya juga terjangkau, Rp 16 ribu per kilonya.

Di depan rumah penduduk tiba-tiba dipenuhi oleh kardus ukuran 40cm x 25cm berisi satu kilo kripik bawang. Mereka menunggu datangnya pembeli yang akan mengambil barang pesanannya, kripik bawang. Ada yang membeli sebanyak 300 buah. "Biasanya mereka jual kembali dengan harga Rp 20-25 ribu," kata Asep Rusmana (44), salah satu pengusaha kripik. Ada juga seorang bos yang membelinya sebagai suvenir hari raya untuk karyawannya. "Ada juga yang membelinya untuk buah tangan kepada sanak familinya saat silaturahim," ucap Asep.

Total ada sekitar enam usaha rumahan di bidang pembuatan kripik ini. Yang terbesar dimiliki dua orang peranakan dengan merek produknya Gaya Baru dan Asyik. Namun keduanya enggan diwawancarai . Merek sisanya adalah Endang Kurnia, Anggi, Cahaya Baru, Anggrek.

Saat bulan puasa, produksi mereka meningkat seperti kripik bawang buatan Nuryani (34). Ia mengatakan bahwa pada hari biasa total produksinya berjumlah 6 karung plastik. Satu karungnya berisi sekitar 25 kilogram kripik bawang. Sekarang, ia menggenjot produksi hingga 50 karung. "Banyak permintaan datang, bahkan dari Aceh dan Ambon," katanya.

Nuryani mengatakan bahwa ia menjadi pengusaha ini baru empat tahun. Sebelumnya, ia adalah penjual kripik dengan merek Gaya Baru yang diproduksi oleh tetangganya sendiri. "Karena permintaan saat Ramadlan banyak dan barangnya terbatas, maka saya memutuskan untuk memproduksi sendiri dengan merek Anggi," ucapnya.

Kasripah (40) penjual kripik dengan merek Gaya Baru juga khawatir jika stok kripiknya habis karena banyaknya permintaan. Tiap bulan, biasanya Kasripah bisa menjual hingga 100 kardus. "Saat puasa permintaan bisa hingga 3.000 kardus," katanya.

Jika Nuryani dan Kasripah tiap hari menjual kripik bawang, berbeda lagi dengan Asep. Ia adalah pembuat kripik bawang musiman. "Saya jualan hanya saat bulan puasa," tutur Asep. Sedangkan pada bulan biasa, ia adalah pekerja di sebuah pabrik di sekitar rumahnya. Perharinya, Asep membuat sekitar 250 kilogram kripik. Dalam sebulan tersebut omzet yang diperoleh Asep bisa mencapai Rp 45 juta.

MUHAMMAD MUHYIDDIN
Baca Kabar Puasa:

Mudik Gratis Membuat Penghasilan Bus AKAP Turun

Pemudik Dilarang Istirahat di SPBU 

Ramadan, Taliban Melarang Pria Berbaju Ketat