Warga Muhammadiyah Malaysia Bebas Pilih Awal Puasa

Umat Islam Muhammadiyah melaksanakan Shalat Tarawih pertama di Masjid Raya Al-Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat, (08/07). Berdasarkan hisab dan hasil musyawarah Majelis Tarjih PP Muhammadiah, awal puasa Ramadan 1434 Hijriah pada (9/7). TEMPO/Dasril Roszandi
Umat Islam Muhammadiyah melaksanakan Shalat Tarawih pertama di Masjid Raya Al-Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat, (08/07). Berdasarkan hisab dan hasil musyawarah Majelis Tarjih PP Muhammadiah, awal puasa Ramadan 1434 Hijriah pada (9/7). TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Kualalumpur - Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah di Malaysia membebaskan warga Muhammadiyah di negeri itu untuk memilih berpuasa mulai hari Selasa atau Rabu. "Karena kita hidup di luar negeri, jadi pimpinan cabang memberikan kebebasan kepada warganya di Malaysia untuk memilih awal Ramadan," kata Arifin Ismail, pengurus PCIM, Selasa 9 Juli 2013.

"Sebagian warga Muhammadiyah di Malaysia mulai melaksanakan ibadah puasa hari ini, namun sebagian yang lain baru akan memulai besok," ujarnya.

Sikap memberikan kebebasan memilih diambil, kata Arifin, karena kerajaan Malaysia telah menetapkan awal puasa hari Rabu, besok. Penetapan itu melalui keputusan raja-raja Melayu, kata juru bicara raja Datuk Seri Syed Danial Syed Ahmad.

"Di Malaysia, awal puasa ditetapkan melalui keputusan raja. Baik pemerintah maupun oposisi harus mengikuti keputusan tersebut," kata Arifin seraya menceritakan kejadian penangkapan di Penang karena ada beberapa orang yang merayakan hari raya lebih awal dari keputusan raja pada tahun lalu.

Arifin pun menyarankan warga Muhammadiyah di Malaysia yang memulai awal puasa hari ini disarankan tidak menampakkan di muka umum. "Mereka yang mulai salat tarawih tadi malam juga melaksanakannya dirumah masing-masing, bukan di musala atau masjid," ucapnya.

MASRUR (KUALA LUMPUR)


Berita Terpopuler:

Hasil SBMPTN Diumumkan Pukul 17.00 Hari Ini 

Diperiksa Tiga Jam, Maharani Hanya 'Permisi' 

Harga Emas Antam Kembali Turun Rp 2.000 

Suap Daging Impor, KPK Kembali Periksa Maharani

KPK Lebih Percaya Yulianis Ketimbang Nazaruddin