Masjid Agung Akhiri 'Dualisme' Salat Tarawih  

Editor

Zed abidien

TEMPO/Fully Syafi
TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Surakarta - Takmir Masjid Agung Solo akan mengubah palaksanaan salat tarawih pada Ramadan tahun ini. Mereka akan menyatukan semua jemaah baik yang melaksanakan delapan rekaat maupun yang meyakini 20 rekaat.

Selama ini, Masjid Agung Surakarta menyelenggarakan dua salat tarawih pada setiap malamnya. "Jemaah yang melaksanakan 20 rekaat menggelar Tarawih di bangunan utama," kata Sekretaris Takmir Masjid Agung, Abdul Basyid, Senin, 8 Juli 2013. Di saat yang sama, mereka juga menggelar Tarawih delapan rekaat yang dipusatkan di serambi masjid.

Menurutnya, hal tersebut sudah berlangsung selama puluhan tahun. Kebijakan menggelar dua tarawih dalam satu malam itu diambil untuk mengakomodir semua pendapat yang berbeda mengenai jumlah rekaat salat tarawih.

Sedangkan pada Ramadan kali ini, mereka akan mulai menyatukan keduanya. Meski demikian, mereka tetap berupaya mengakomodir dua kelompok tersebut. "Jemaah yang ingin 20 rekaat silakan, yang ingin delapan rekaat yang monggo," katanya.

Menurut Basyid, mereka akan menyiapkan satu imam yang akan memimpin tarawih selama 20 rekaat. Jemaah yang terbiasa tarawih dengan delapan rekaat bisa berhenti di tengah jalan, saat imam menyelesaikan rekaat kedelapan. "Kami juga akan memberikan waktu bagi mereka untuk salat witir sebelum imam melanjutkan lagi," katanya.

Salat tarawih tersebut menurutnya akan dipimpin oleh imam yang hafal Al Quran. Setiap hari, imam akan membacakan satu juz dalam surat yang dibacanya. "Sehingga selama Bulan Ramadan kami bisa menghatamkan Quran," kata Basyid.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Surakarta, Zaenal Arifin Adnan menyebut bahwa perubahan itu merupakan sikap toleran terhadap perbedaan pendapat. "Meskipun, cara yang lama sebenarnya juga menunjukan hal yang sama," katanya. Sebab, selama ini dua kelompok jemaah tersebut bisa saling menghargai.

Menurutnya, masjid sebesar Masjid Agung memang harus bisa mengakomodir semua kalangan yang memiliki perbedaan pendapat. "Masing-masing memiliki dasar dan dalil yang diyakini," kata Zaenal.

Masjid Agung Surakarta merupakan salah satu masjid tertua di Kota Solo. Masjid tersebut berada di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta. Masjid itu didirikan oleh Sunan Paku Buwana III pada 1763.

AHMAD RAFIQ

Topik Terhangat
Karya Penemu Muda
| Bursa Capres 2014 | Ribut Kabut Asap | Bencana Aceh

Berita Lain:
Eggi Sudjana Lolos Calon Gubernur Jawa Timur

Tiru Jokowi, Calon Gubernur PDIP Blusukan ke Pasar

Inilah 21 Negara Tempat Snowden Meminta Suaka