Geser Arah Kiblat Masjid Agung Surakarta

Editor

Pruwanto

Para abdi dalem Keraton Kasunan Surakarta mengarak Gunungan Jaler yang terbuat dari Palawija dan Sayur mayur memasuki halaman Masjid Agung, Solo, Minggu (5/2). Upacara tradisional Gunungan Maulid tersebut sebagai puncak peringatan Maulid Nabi. Gunungan tersebut akan dibagikan kepada masyarakat pengunjung setelah didoakan. Tempo/Andry Prasetyo
Para abdi dalem Keraton Kasunan Surakarta mengarak Gunungan Jaler yang terbuat dari Palawija dan Sayur mayur memasuki halaman Masjid Agung, Solo, Minggu (5/2). Upacara tradisional Gunungan Maulid tersebut sebagai puncak peringatan Maulid Nabi. Gunungan tersebut akan dibagikan kepada masyarakat pengunjung setelah didoakan. Tempo/Andry Prasetyo

TEMPO.CO , Solo:Masjid-masjid berbenah menyambut jemaah menjelang bulan Ramadan. Pengurus Masjid Agung di kompleks Keraton Surakarta, Selasa, 2 Juloi 2013, mulai mengubah arah kiblat yang sudah bergeser.

Pergeseran arah kiblat masjid ini dipengaruhi oleh pergerakan lempeng bumi selama beberapa tahun terakhir. Kementerian Agama beberapa waktu lalu mencoba mengukur ketepatan arah kiblat di masjid tua itu. Hasilnya, arah kiblat Masjid Agung melenceng sekitar 10 derajat.

Pengurus tidak mungkin membongkar bangunan masjid. Karena itu, mereka menata karpet sebagai tanda shaf serta mimbar menyesuaikan perubahan itu.

Cara itu sepertinya sepele, namun tak mudah dilakukan. Mimbar tua yang terbuat dari balok kayu jati sangat berat untuk digeser. Sebanyak 12 pekerja perlu terlibat dalam menggeser mimbar itu. Mereka mengganjal bagian bawah menggunakan bambu, baru memutar mimbar ke kanan sebanyak 10 derajat. Butuh waktu sekitar 30 menit hanya untuk menggeser mimbar.

Karpet bagian kanan barisan harus ditarik mundur sesuai sudut kemiringannya. Lantaran karpet yang begitu panjang, mereka harus menarik mundur hingga satu meter lebih. Kebetulan, karpet hanya tersedia di empat barisan terdepan. Barisan selanjutnya beralas batu marmer.

Petugas Masjid Agung dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Mustaqim mengatakan pengukuran dari Kementerian Agama itu dilakukan dua tahun silam. "Namun baru saat ini penggeseran bisa dilakukan," katanya.

Menurutnya, pengukuran itu dilakukan dengan peralatan teodolite. Peralatan itu lebih akurat dibanding kompas. "Dulu, di Solo ada beberapa masjid yang diukur," kata Mustaqim. Sayangnya, dia mengaku tidak tahu hasilnya.

Masjid Agung merupakan masjid tertua di Kota Solo. Masjid itu dibangun oleh Paku Buwana III pada tahun 1763. Hingga kini, masjid tersebut sudah berulangkali direnovasi. Meski demikian, bentuk asli bangunan masih dipertahankan. (Baca: Mempertahankan Masjid Sunan Kudus)

AHMAD RAFIQ

Topik Terhangat
Tarif Progresif KRL
 |Bursa Capres 2014 |Ribut Kabut AsapPKS Didepak?

Berita terpopuler: 
Cara Kepolisian Tutupi Kasus Upaya Suap Anggotanya
Petinggi Polisi Minta Kasus Suap Tidak Bocor 
Luthfi Hasan Tuding KPK Ingin Hancurkan PKS