Ribuan Warga Yogyakarta Antre Salami Sultan  

Ribuan warga umumnya dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menghadiri tradisi Ngabekten atau silaturahmi dengan bersalaman dengan Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Jumat (24/8). TEMPO/Pribadi Wicaksono
Ribuan warga umumnya dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menghadiri tradisi Ngabekten atau silaturahmi dengan bersalaman dengan Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Jumat (24/8). TEMPO/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta - Puluhan ribu warga khususnya dari Daerah Istimewa Yogyakarta sejak Jumat pagi, 24 Agustus 2012, berbondong-bondong mendatangi kompleks Pagelaran Keraton Yogyakarta.

Dengan menumpang truk, sepeda motor, becak, mobil mewah, hingga sepeda onthel, mereka mengikuti tradisi silaturahmi atau Ngabekten (bersalaman) yang digelar Keraton Yogyakarta setiap perayaan Idul Fitri.

Warga yang umumnya berasal dari Yogyakarta itu kemudian berbaris rapi seperti seperti ular panjang menuju sasana Pagelaran di mana Raja Keraton Sri Sultan HB X menunggu. Mengenakan pakain batik, Sultan ditemani permaisurinya, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, serta Raja Puro Pakualaman, Sri Paduka Pakualam IX.

Kendati hanya sekadar bersalaman, warga tampak antusias dan sumringah setelah bisa berjabat tangan dan bertatap muka langsung dengan rajanya.

Prawito Sumitro, seorang perempuan umur 70 warga asal Parangtritis, Bantul, menuturkan sejak pukul 06.30 seorang diri ia menunggu bus untuk membawanya ke Keraton yang jaraknya hampir 30 kilometer. Pasalnya, acara hanya berlangsung tiga jam, mulai pukul 08.00 sampai 11.00.

“Saya ingin dapat sehat dan tenteram kalau salaman dengan Ngarso Dalem,” kata perempuan yang akhirnya bisa menyalami Sultan sekitar pukul 09.00 itu. Menyalami Sultan ini sudah dilakukannya berulang kali, ia sendiri sampai sudah lupa waktunya.

Sedangkan Sutrisno, 65 tahun, warga Lendah Kulonprogo, malah rela bermalam di alun-alun kota sejak Kamis, 23 Agustus 2012, agar mendapat urutan terdepan dengan istrinya.

Ngabekten Keraton Yogyakarta ini, menurut Kerabat Keraton, KRT Jatiningrat atau Romo Tirun, sengaja dilakukan bukan semata sebagai ajang bersalaman atau silaturahmi dengan Sultan sebagai raja. "Masyarakat dapat Golong Gilig, bersatu, jika ada loyalitas kepada pemimpin. Tapi loyalitas itu baru bisa muncul jika ada teladan dari pemimpinnya sendiri,” kata cucu HB VIII tersebut.

Tirun menuturkan, meski HB X telah menjadi Gubernur dan juga tokoh dengan berbagai kesibukan, namun sejak 1989 bertahta sebagai raja, belum pernah sekalipun meniadakan acara bertemu warga secara langsung tersebut tiap Idul Fitri.

Dalam kegiatan itu, juga tak ada pengamanan ketat atau pembatasan formal siapa yang boleh ikut serta. Masyaralat dengan berbagai latar belakang apa pun diberi kesempatan bertemu langsung dan bersalaman. “Tak ada seragam partai di sini, tak ada kelas-kelasan, kaya-miskin semua melebur, dalam loyalitas bagi Raja,” ujar Tirun.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terpopuler lainnya:
Mengapa Isu Agama Tak Laku di Amerika Serikat?
Sri Mulyani Wanita Paling Berpengaruh Dunia ke-72

Dialog Kebakaran TVOne Digerudug Massa

Pangeran William Tak Kaget dengan Foto Bugil Harry

Harry, Pangeran Tampan yang ''Tersesat''

Hubungan Intim Mulai Membosankan? Cobalah Tips Ini

Bourne Legacy Tanpa Cita Rasa Jason Bourne

Foto Bugil Harry Teridentifikasi dari Kalung

Pria Ini Gigit Balik Ular Kobra Hingga Mati

Beredar Spanduk ''Jokowi Menang, Mega Presiden''