5.000 Tiket Kereta Hangus karena Sistem Baru

Calon penumpang melihat tiket yang sudah dibeli di Stasiun Senen Jakarta Pusat, (02/07). PT. KAI memberlakukan sistem pembelian tiket H - 90 untuk kelas ekonomi AC, Bisnis dan Eksekutif. Sedangkan untuk tiket kereta api kelas Ekonomi, baru bisa dibeli tujuh hari sebelum keberangakatan. TEMPO/Dasril Roszandi
Calon penumpang melihat tiket yang sudah dibeli di Stasiun Senen Jakarta Pusat, (02/07). PT. KAI memberlakukan sistem pembelian tiket H - 90 untuk kelas ekonomi AC, Bisnis dan Eksekutif. Sedangkan untuk tiket kereta api kelas Ekonomi, baru bisa dibeli tujuh hari sebelum keberangakatan. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO , Surakarta: Penerapan sistem boarding pass dalam pembelian tiket kereta api sudah memakan korban. Hampir 5 ribu tiket kereta api hangus karena nama yang tertera dalam tiket tidak sesuai dengan kartu identitas yang dimiliki.

Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Ignasius Jonan mengatakan 5 ribu tiket yang hangus tadi tergolong kecil. "Tidak sampai 0,5 persen dari total tiket yang terjual," kata dia kepada wartawan di Stasiun Solo Balapan, Rabu, 22 Agustus 2012.

Menurut Jonan, penyebab utama tiket yang hangus karena nama tidak sesuai identitas. Tidak hanya berbeda sama sekali, tapi juga karena calon penumpang sering menuliskan nama panggilan atau nama julukan. "Jadinya memang tidak sesuai identitas," ujarnya.

Humas PT KAI (Persero) Sugeng Priyono secara tegas menyatakan 5 ribu tiket yang hangus tersebut karena masyarakat membelinya di calo. "Itu pasti belinya di calo. Sehingga namanya tidak sama," katanya.

Sugeng mengatakan hingga 30 Agustus 2012, masih ada toleransi. Mereka yang memiliki tiket dengan nama berbeda, masih boleh naik. Asalkan membayar denda 25 persen dari nilai tiket dan membeli ulang tiket sesuai harga yang berlaku saat itu.

"Per 1 September tidak ada toleransi lagi. Kalau tidak sesuai nama, dianggap hangus dan tidak bisa dibeli ulang," katanya.

Jonan mengatakan tidak ada larangan membelikan tiket untuk orang lain. Asalkan nama yang tertera adalah nama penumpang yang akan berangkat. "Karena pasti ada pemeriksaan di peron dan di atas kereta," ujarnya.

Dia mengakui ada kemungkinan masih ada masyarakat yang belum tahu tentang kebijakan di atas. Sehingga masih terjadi nama di tiket tidak sesuai identitas.

Namun dia meyakini ke depan masyarakat akan semakin tahu dan bisa mengikuti aturan baru di atas. "Kami terus melakukan sosialisasi. Misalnya penempelan stiker di stasiun untuk mengingatkan agar nama di tiket sesuai identitas," katanya.

UKKY PRIMARTANTYO

Berita lain:
Kecelakaan, Andre Mamuaya Meninggal Dunia

Nama Anderson Berubah Menjadi ''Andesron'' 

Terlilit Hutang, Sharp akan Pangkas 8.000 Karyawan

Setelah Gagal Akuisisi Pacnet, Telkom Incar Perusahaan Lain

Begini Cara PT Kereta Api Tekan Urbanisasi