Cara Orang Madura Sambut Lailatul Qadar

Santri Pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan, Madura, Jatim, Senin (26/4). ANTARA/Saiful Bahri
Santri Pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan, Madura, Jatim, Senin (26/4). ANTARA/Saiful Bahri

TEMPO.CO, Bangkalan  - Warga Madura percaya, malam lailatul qadar turun pada malam ganjil di akhir bulan Ramadan. Malam 21, 23, 25 dan malam ke 27. Maka banyak cara yang dilakukan warga madura untuk menyambut datangnya lailatul qadar atau malam seribu bulan itu.

Di Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan misalnya, pada malam 21 seluruh warga serempak memotong ayam, kemudian diolah menjadi hidangan kuah athun. Sedang pada malam 27, warga serempak memasak ketan biji kacang panjang.

Warga lalu saling bertukar ketan atau kuah athun antar tetangga dan sanak saudara. Sebagai tanda gembira dan bahagia bersama menyambut turun malam seribu bulan. "Ini tradisi turun temurun," kata Halimatus Sa'diyah, warga Dusun Ampak, Desa Jaddih kepada Tempo.

Hidangan ketan dan kuah athun itu kemudian dijadikan menu berbuka puasa di rumah masing-masing warga. Setelah berbuka dan salat magrib, tiba saatnya anak-anak keliling desa memukul kentongan dan menyalakan obor bambu. Mereka juga menyenandungkan salawat nabi. "Ini hanya ekspresi kemenangan bagi anak-anak karena bisa berpuasa sebulan penuh," kata Mat Tilyas, warga Desa Jaddih. Menjelang Isya' acara kentongan bubar dan dilanjutkan salat tarawih ke masjid desa.

KH Jauhari, pemuka agama desa Jaddih menilai tradisi membuat kuah athun dan memasak ketan hanya tradisi nenek moyang dan tidak ada dalam ajaran agama Islam. "Hanya sebatas melestarikan budaya leluhur dan tidak wajib," terangnya, Kamis 16 Agustus 2012 malam.

Menurut alumnus Pondok Pesantren Sukorejo, Situbondo ini malam lailatur qadar tidak mesti turun pada malam ganjil di bulan Ramadan. Hanya ada beberapa ciri turunnya malam lailatul qadar yaitu angin akan berhenti berhembus beberapa detik dan suasana akan hening beberapa saat. "Hanya mereka yang tawakkal yang bisa merasakannya," katanya lagi.

Itulah sebabnya, Jauhari melanjutkan, pada akhir Ramadan, masjid dan langgar akan semakin maju barisan tarawihhnya. Menandakan bahwa hanya sedikit orang yang bisa merasakan turunnya lailatul qadar.

MUSTHOFA BISRI

Berita populer:
Gus Dur Dukung Ahok
SBY Gusar, Ini Klarifikasi Antasari Azhar
Mahar Miliaran Pendukung Calon Gubernur
Kirab Mobil Esemka, Jokowi Duduk Di Atap
Jusuf Kalla Dukung Pernyataan SBY Soal Century
Presiden SBY: Terima Kasih KPK
Sandi Dibunuh dan Diseret 200 Meter
Arsenal Terpaksa Jual Van Persie
Dukungan Fauzi Bowo, Bersatu-padu untuk Doku
Dirjen Pajak : Kami Tahu Jaringan Mafia Pajak