Pemudik Via Abdulrachman Saleh Naik 10 Persen

ANTARA/Irsan Mulyadi
ANTARA/Irsan Mulyadi

TEMPO.CO , Malang: Jumlah penumpang pesawat terbang di Bandar Udara Abdulrachman Saleh saat mudik lebaran diprediksi melonjak 10 persen dibandingkan mudik lebaran tahun lalu. Lonjakan penumpang terjadi dua pekan, yakni pada sepekan sebelum lebaran dan delapan hari setelah lebaran.

"Rute penerbangan juga bertambah," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Bandar Udara Abdulrachman Saleh, Mayor Teguh Susilotomo, Selasa, 14 Agustus 2012.

Bandara Abdulrachman Saleh melayani penerbangan Malang-Jakarta, Malang-Denpasar, dan mulai 13 September melayani Malang-Makassar. Penerbangan Malang-Jakarta dilayani Sriwijaya Air dua kali penerbangan per hari, Garuda Indonesia dua kali, dan Batavia Air sekali. Sedangkan Malang-Denpasar dilayani Wings Air dan Malang-Makassar oleh Sriwijaya Air.

Data Dinas Perhubungan Kabupaten Malang menunjukkan arus mudik 2010 jumlah penumpang 11 ribu orang, 2011 melonjak menjadi 12 ribu penumpang. Sehingga terjadi kenaikan sekitar 9 persen.
Tahun ini diprediksi jumlah penumpang mencapai 14.293 orang.

Sedangkan penumpang yang berangkat dari Malang pada lebaran 2010 sebanyak 9.614 penumpang, 2011 naik menjadi 9.614 penumpang atau naik 13,5 persen.

Penumpang yang menggunakan moda transportasi kereta api diprediksi turun. Alasannya, PT Kereta Api menerapkan prosedur melarang penjualan tiket tanpa tempat duduk. Sehingga, jumlah penumpang dibatasi maksimal sesuai dengan kursi yang tersedia. "Penumpang relatif sama," kata Kepala Stasiun Kota Baru Malang, Lutfi Wijaya.

Selama masa angkutan lebaran 2010, jumlah penumpang kereta api sebanyak 56.220 penumpang sedangkan 2011 naik 70.709 penumpang. Diprediksi lonjakan jumlah penumpang terjadi mulai 10 hari menjelang lebaran hingga 11 hari setelah lebaran. Karena kursi terbatas, penumpang rela membeli tiket jauh hari sebelum lebaran.

Untuk memenuhi kebutuhan transportasi massal, PT Kereta Api menurunkan kereta api tambahan. Antara lain kereta Matarmaja kelas ekonomi dan kereta Gajayana kelas eksekutif. Masing-masing satu rangkaian.

EKO WIDIANTO

Berita lain:
Ekonomi Indonesia Tumbuh, Kelas Menengah Bahagia

Papua Masih Daerah Termiskin di Indonesia

Menteri Hatta Belum Tahu Ada Impor Buah Israel

42 Ribu Barrel Minyak RI Hilang Setiap Hari

Pemerintah Siapkan untuk Kebijakan Bendung Impor