Siapkan Fisik untuk Iktikaf

Jaka Bimbo dan ratusan umat Islam mengikuti doa salawat di acara bertema Doa Bersama Untuk Indonesia sambil menunggu waktu berbuka puasa di Masjid Raya Provinsi Jawa Barat di Bandung, Minggu (29/7). Acara dzikir dan shalawat tersebut digagas oleh DKM masjid dan Bimbo. TEMPO/Prima Mulia
Jaka Bimbo dan ratusan umat Islam mengikuti doa salawat di acara bertema Doa Bersama Untuk Indonesia sambil menunggu waktu berbuka puasa di Masjid Raya Provinsi Jawa Barat di Bandung, Minggu (29/7). Acara dzikir dan shalawat tersebut digagas oleh DKM masjid dan Bimbo. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta--Salah satu kegiatan yang disarankan pada 10 hari terakhir Ramadan adalah iktikaf atau berdiam diri di dalam masjid. Tujuannya untuk mencari keridaan Allah SWT dan bermuhasabah atau intropeksi diri.  

Bagi yang bekerja, iktikaf biasanya dilakukan seusai salat tarawih hingga salat subuh keesokan harinya. Sepanjang waktu itulah mereka membaca Al-Quran, salat tahajud, berzikir, berdoa, dan melakukan aktivitas lain untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sudah tentu mereka harus mengatur waktu istirahat dengan jadwal kerja. Para dokter menyarankan jumlah jam tidur dalam sehari sekitar delapan jam. “Kita dapat mencicil waktu tidur itu dalam sehari, yang penting disesuaikan dengan jadwal beribadah salat lima waktu,” kata Dr dr Saptawati Bardosono, M.Sc., pengajar di Departemen Nutrisi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Alhasil, mereka dapat tidur seusai salat subuh. Juga setelah salat zuhur dan asar. Istirahat sejenak di sela-sela tugas kantor juga dapat dilakukan, asalkan pekerjaan itu tidak membutuhkan konsentrasi tinggi. Termasuk tidur dalam angkutan umum yang membawa mereka ke kantor atau menuju rumah.

Agar iktikaf berjalan lancar, mereka bisa membawa air minum. Pada saat berbuka puasa juga harus diatur agar makan dan minum tidak berlebihan. Maklum, hawa ngantuk cepat menyergap ketika perut terlalu kenyang.

Persiapan fisik lain dapat dilakukan sejak hari pertama berpuasa. Antara lain dengan mengatur pola makan ketika berbuka dan sahur. Menurut dokter Tati--panggilan Saptawati—sebaiknya makan sahur mendekati waktu imsak agar tubuh tidak terlalu lama kelaparan atau kehausan.

Sebaliknya, ketika berbuka, “Harus disegerakan setelah magrib untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dan gula darah yang sudah sangat menurun,” ujar Tati.

Olahraga ternyata menjaga tubuh tetap fit selama Ramadan. Tentunya tidak dilakukan pada cuaca yang panas dan lembap. Olah raga yang paling tepat, kata dokter Tati, adalah menjelang saat berbuka puasa, sehingga kita dapat segera minum dan makan.

Fisik yang mantap ketika melakukan iktikaf jelas makin menambah kekhusyukan ibadah ini. Banyak ulama menjelaskan manfaat iktikaf bagi kesehatan jiwa, dari mendidik jiwa agar terbiasa berlaku sabar dalam menjalankan amal saleh hingga menghadapi segala bentuk kemaksiatan.

Lalu, iktikaf juga menjadi sarana untuk introspeksi diri dan mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang ada. Selain itu, dengan iktikaf kita membiasakan jiwa selalu dekat dengan masjid. Termasuk di dalamnya membiasakan hidup sederhana, zuhud, dan tidak tamak terhadap dunia.

U. WIDYANTO

Berita lain:
Ramai-ramai Klinik Tong Fang, Begini Praktiknya

Dinas Kesehatan ''Sentil'' Iklan Klinik Tong Fang 

Ke Klinik Tong Fang, Berobat karena Penasaran

Madu Bisa Redakan Batuk Anak

Berobat di Klinik Alternatif Cina Mahal?

Begini Cara Sinse Mengobati Pasien