Lebaran, Pelni Tak Naikkan Tarif Karcis

TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Makassar - Menjelang Idul Fitri tahun ini, PT Pelayaran Nasional Indonesia Persero (Pelni), tidak menaikkan tarif karcis. "Ini merupakan kebijakan dari pusat karena kami bertujuan memudahkan penumpang," ujar Manager Corporate Pelni, Mungi Panti Retno, Jumat malam, 10 Agustus 2012.

Ia mengatakan mayoritas penumpang kapal yang terdiri dari masyarakat menengah bawah merupakan alasan Pelni tidak menaikkan harga karcis. "Sekalipun perusahaan kami rugi, namun kami tidak berniat menaikkan harga karcis," katanya.

Pihaknya pun tidak mau disamakan dengan moda transportasi lainnya yang menaikkan harga karcis saat peak season. "Kami tidak mau aji mumpung," kata Mungi.

Pelni justru memberikan potongan harga bagi rute tertentu untuk menarik minat masyarakat yang kini lebih banyak memilih bepergian dengan pesawat. "Pelni menyadari bahwa kami kalah dengan pesawat.”

Adapun rute yang mendapatkan tarif diskon adalah Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Semarang. Diskon diberikan bagi penumpang kelas 1.

Mungi mencontohkan, harga tiket yang semula Rp 700 ribu per orang didiskon menjadi Rp 200 ribu per orang. “Soalnya sepi peminat,” ucapnya.

Menurut Mungi, diberlakukannya diskon cukup untuk menutupi pengeluaran bagi bahan bakar kapal. Dalam satu kali perjalanan, jumlah pengeluaran yang dikeluarkan antara Rp 1 hingga Rp 2 miliar. "Paling tidak impas dengan pengeluaran," katanya.

Terkait soal hasil uji petik yang dilakukan pemerintah soal kapal Pelni yang tidak memenuhi standar keselamatan, kata Mungi, sebetulnya semua peralatan sudah sesuai standar internasional. “Kru kami juga sudah dilatih memadamkan api.”

Sebelumnya pemerintah menyebutkan ada kapal dari Pelni yang tidak memenuhi standar keselamatan dari 31 kapal yang diuji petik pada Juli lalu. "Salah satu kapal adalah milik Pelni karena uji petik memang ditujukan pada kapal penumpang," ujar Kepala Bagian Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Sindu Rahayu, ketika dihubungi Rabu lalu.

Uji petik pemeriksaan keselamatan dilakukan secara acak terhadap 31 kapal yang terdiri atas kapal penumpang, kapal penyeberangan, serta Ro-Ro Ferry. Uji petik ini dilakukan oleh tim dari Marine Inspector serta administrator pelabuhan yang digelar di sepuluh pelabuhan. Namun, kata Sindu, mayoritas kapal yang diuji diketahui telah memenuhi standar keselamatan.

Beberapa pelanggaran atau kekurangan pemenuhan standar keselamatan kapal ini diketahui dalam uji petik yang rutin dilakukan menjelang masa puncak berpergian. Kali ini khususnya untuk mengetahui kesiapan kapal sebagai angkutan Lebaran.

Salah satu alat yang tidak berfungsi adalah alat pendeteksi kebakaran karena tidak di-reset kembali setelah pendeteksian terakhir. Selain itu, di beberapa kapal, motor sekoci tidak bisa dinyalakan.

SATWIKA MOVEMENTI