Waduk Cirata, Tempat Asyik Ngabuburit Warga Cianjur

Ngabuburit sambil keliling Waduk Cirata, Jangari, Kabupaten Cianjur, menjadi salah satu pilihan warga. Foto : DEDEN ABDUL AZIZ
Ngabuburit sambil keliling Waduk Cirata, Jangari, Kabupaten Cianjur, menjadi salah satu pilihan warga. Foto : DEDEN ABDUL AZIZ

TEMPO.CO, Cianjur - Senja semakin larut menjelang matahari tenggelam di ufuk barat. Waktu sedikit demi sedikit merambat menuju titik pergantian siang dan malam. Edi Sutardi, 30 tahun, dan dua rekannya Koko, 29 tahun, serta Yana, 33 tahun, keluar dari jaring terapung (japung) di Waduk Cirata, Jangari, di Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Tiga pekerja kolam ikan japung itu naik ke sampan yang ditambat di pinggir kolam. Sambil bersenda gurau, Edi cs mendayung sampan menuju tepian waduk. Di tengah waduk, hilir-mudik arus lalu lintas air semakin padat, termasuk rakit-rakit yang digunakan para penggemar memancing.

Ternyata merapatnya sampan dan rakit yang ada di Waduk Cirata senja itu merupakan rutinitas yang dilakukan pekerja japung menjelang buka puasa. Mereka mempergunakan aktivitas kesehariannya itu sebagai sebuah bentuk ngabuburit untuk menunggu beduk Magrib berkumandang.

“Kalau menunggu beduk di atas japung terasa lama, tapi sambil mengayuh sampan waktu buka terasa lebih cepat. Mungkin itu karena banyak mojang cantik yang suka ngabuburit pakai rakit di Cirata ini,” kata Edi di Cianjur, Rabu, 8 Agustus 2012.

Tempe, tahu, dan daging ayam serta segelas minuman teh manis langsung dipesan Edi dari pemilik warung. Meskipun hati Edi berharap Magrib segera tiba, matanya tetap jelalatan melihat mojang hilir mudik di sekitar waduk.

Danau buatan yang menghampar luas dengan panorama alam japung nan eksotis ternyata menjadi salah satu kawasan yang dipilih remaja dan komunitas lainnya untuk ngabuburit. “Memang setiap bulan puasa, kawasan ini pasti ramai pengunjung yang ngabuburit. Apalagi yang pacaran, sudah pasti mojok sambil menunggu buka,” kata Edi mencoba menerangkan situasi yang terjadi.

Tjahjadi Ningrat, 27 tahun, warga Desa Gudang, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, berterus terang bahwa kawasan ini menjadi tempat nongkrong bagi orang pacaran di bulan puasa. “Suasananya enak, sambil menunggu beduk kita bisa sewa sampan atau rakit keliling-keliling Waduk Cirata,” katanya.

Namun menurut Ningrat, selain untuk tempat berpacaran, ada juga yang menarik di waduk ini. Itu adalah makanan ikan bakar saat berbuka. Ikan bakar dengan sambal kecap pedas  merupakan favorit pengunjung kawasan ini saat berbuka puasa.

“Kalau di restoran makanan seperti ini cukup mahal. Di sini hanya dengan Rp 25 ribu pengunjung bisa puas,” tutur Ningrat. Salah satu kenikmatannya, ikan yang dibakar merupakan ikan segar yang baru diambil pemilik warung dari kolam. Jelas rasanya beda dengan yang ditawarkan di luar Cirata.

Sari Ningsih, 45 tahun, pemilik warung nasi di Jangari, mengaku di bulan puasa ini penjualan ikan bakarnya meningkat. Namun dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah peminat ikan bakar justru turun cukup drastis. “Pada bulan puasa, omzet penjualan ikan bakar pasti meningkat,” katanya.

Pengunjung yang datang ke Cirata pada bulan puasa, kata Ningsih, tidak hanya dari sekitar Kecamatan Mande. Tapi banyak juga yang dari luar, termasuk luar Cianjur. Mereka (pengunjung) rata-rata hanya ingin ngabuburit dan berbuka dengan ikan bakar khas Cirata.

Selain berkayuh sampan, ratusan orang mengisi waktu ngabuburit dengan memancing di rakit-rakit yang disediakan sebagai hiburan khusus bagi pemancing. Dengan biaya sewa rakit Rp 5 ribu, penghobi mancing bisa memancing sepuasnya.

Waduk Cirata menjadi sorga bagi para pemancing. Aneka ikan bisa terkail jika sabar serta dinaungi keberuntungan. Menurut Erwin, 35 tahun, penarik perahu bermotor, setiap hari dia bisa mengantar para pemancing hingga puluhan orang ke tempat pemancingan berupa rakit. Rakit-rakit itu berada di tengah waduk, tertambat di pulau-pulau kecil di sekeliling waduk. "Yang menjadi rakit favorit para pemancing biasanya di Rakit Blok Coklat, Rakit Jablay, Rakit Palumbon, dan Rakit Nusa Dua," ujar Erwin.

Erwin pun biasanya mengantar para pemancing yang sengaja ngabuburit sekitar pukul 09.00 WIB. Dia menjemput lagi dari lokasi sekitar dua-tiga kilometer menjelang senja pukul 16.00 - 17.00 WIB. "Satu kali antar-jemput biasanya rombongan sekitar 10 orang. Dengan perjalanan 30 menit, cukup bayar Rp 5 ribu per orang, saya antar-jemput. Jadi, dengan bekal ceban (Rp 10 ribu), Anda bisa sepuasnya memancing sambil ngabuburit," kata Erwin.

DEDEN ABDUL AZIZ

Berita Ramadan lainnya:
Inilah Jalur-jalur Tengkorak di Jawa Timur
Jalur Lintas Timur dan Tengah Sumatera Rawan Macet

Pegawai Negeri Sipil di Garut Dapat Jatah THR

Penjualan Tiket Bus ke Sumatera Turun 50 Persen

Kenapa Kartu Selamat Lebaran Lebih Baik dari SMS

Pemudik Diminta Hindari Pertigaan Palur

Ini Jalur Alternatif Menghindari Pertigaan Palur

Ada Mudik Gratis, Penjualan Tiket Bus Eksekutif Normal

Jalur Mudik di Garut Dipasangi CCTV