Hikmah Salat Malam di Bulan Ramadan  

TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Makassar – Wakil Imam Rawatib Masjid Raya Makassar Ustadz Muhammad Syahrir menjelaskan, Allah, melalui Rasulullah SAW, diriwayatkan membagi malam-malam di bulan Ramadan dalam tiga klasifikasi.

Pada sepuluh malam pertama disebut malam Rahmat, yang berarti malam kasih sayang. Sepuluh malam kedua disebut magfirah, artinya pengampunan. Sementara sepuluh malam terakhir disebut itkum minannar, yang berarti terbebas dari api neraka.

Meski membaginya ke dalam tiga klasifikasi, menurut Syahrir, sesungguhnya hampir tak ada perbedaan. Sebab, Ramadan merupakan bulan dengan penuh ampunan dan pahala. Ia menganjurkan agar semua amalan kebaikan terus dipertahankan dari malam ke malam.

Untuk meningkatkan pahala, Syahrir mengingatkan perlunya tiga amalan utama bagi umat muslim di bulan Ramadan. Amalan tersebut antara lain memperbanyak bacaan Al-Quran, memperbanyak salat sunah, serta mempertinggi kepedulian sosial kepada sesama manusia. Jika ketiganya terpenuhi, Allah menjanjikan pahala yang berlipat berupa rahmat di dunia dan akhirat.

Khusus ibadah salat sunah, Syahrir menguraikan kebiasaan yang dilakukan di Masjid Raya Makassar. Setidaknya, selain salat tarawih, terdapat lima salat sunah yang memiliki keutamaan di bulan Ramadan. Terlebih memasuki sepuluh malam terakhir, di mana manusia berburu Lailatul Qadar. Dalam salah satu hadis diriwayatkan, Rasulullah bersabda, “Siapa yang melakukan salat malam karena iman dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Lima salat yang memiliki keutamaan di malam Ramadan, antara lain salat taubah dua rakaat, salat tasbih empat rakaat dengan 300 tasbih, salat sunah hajat dua rakaat, tahajud delapan rakaat, serta witir tiga rakaat. Masing-masing salat sunah tersebut memiliki keutamaan di sisi Allah SWT.

Salat taubah hendaknya dilakukan orang yang merasa punya dosa. Terlebih jika dosa tersebut berhubungan langsung dengan Allah. Sebab, menurut dia, terdapat dosa yang hanya akan diampuni dengan meminta maaf kepada manusia.

Suatu waktu, diriwayatkan, Rasulullah pernah mewasiatkan pentingnya salat tasbih kepada pamannya, Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib. Salat tasbih dasarnya ditujukan untuk permintaan pengampunan dosa. Baik itu dosa yang awal dan yang akhir, yang lama dan yang baru, yang disengaja maupun tidak, yang kecil maupun yang besar, serta yang tersembunyi maupun yang nyata. Salat ini dianjurkan untuk dilakukan setiap malam, sekali seminggu, atau paling tidak sekali seumur hidup.

Salat sunah lainnya adalah salat hajat. Semua manusia dianggap punya keinginan yang mendesak maupun yang tidak. Salat ini merupakan salah satu cara untuk memohon supaya hajat segera terpenuhi. Termasuk hajat untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar.

Salat sunah tahajud di luar bulan Ramadan pun sebenarnya memiliki keistimewaan di sisi Allah. Allah berjanji akan menempatkan orang yang melakukan ibadah ini pada tempat yang terpuji di akhirat kelak. Sementara salat witir merupakan penutup dari rangkaian-rangkaian salat sunah di tiap malam. Syahrir mengingatkan salah satu sabda Rasulullah yang diriwayatkan Abu Daud. Bunyinya, “Sesungguhnya Allah adalah witr dan mencintai witr.”

AAN PRANATA

Berita Populer:
Kue Sus Ini Rasa Es Krim Kecap
Lamang Tapai, Primadona Pasa Pabukoan
Dituntut 20 Tahun, Supir Xenia Maut Menangis
Jimly: Jangan Pilih Gubernur DKI karena Agama
Polisi Langgar Wewenang KPK